Dalam pandangan Anies, jabatan sebagai Mendikbud tidak lebih dari sekedar memegang amanat. Sementara tugas dan amanat itu sudah selesai. Di ujung masa jabatannya, Anies juga sempat menyampaikan segala hal yang dikerjakan kepada presiden agar bisa menjadi rujukan mendikud selanjutnya.
Meski berpisah sebagai Mendikbud, Anies menegaskan akan selalu berupaya berkontribusi di dunia pendidikan. “Saya tidak pernah berencana berhenti berkiprah dalam pendidikan. Terimakasih dan mohon maaf atas segala kekeliruan dan kesalahan. Saya berharap agar silaturahmi tidak terputus. Lokasi kerja bisa pindah-pindah, tapi silaturahim tetap jaga terus,” tambahnya.
Tak lama setelah Anies mengungkapkan sambutannya, Tokoh Pendidikan Arief Rachman pun memberikan pandangannya. Setiap pergantian menteri, masyarakat seperti dirinya selalu mempunyai harapan. Sebab, pergantian menteri sudah menjadi kenyataan yang harus dilihat.
“Saya juga ingat pidato beliau (Anies) dulu, beliau mengatakan, guru bisa diganti, pejabat bisa diganti, orang yang duduk di suatu kedudukkan bisa diganti tapi yang tidak bisa diganti adalah guru yang berkerja dengan hati," katanya.
Dia melanjutkan, selama bertugas selama 20 bulan, Anies dan keluarga sudah membekas seperti orang yang jatuh cinta. "Cinta bukan dari mata tapi katanya dari mata jatuh ke hati. Yang bicara hati,” ujar Arief. Arief juga mengatakan, menteri biasa berpidato dan menteri luar biasa itu bekerja. Sementara itu, menteri yang luar biasa adalah yang memberi inspirasi."
Di tengah-tengah sambutannya, Istri Anies Baswedan, Feri Farhati sempat meneteskan air mata. Momen ini pun tak luput disaksikan oleh Arief Rachman yang ketika itu tak sengaja melihatnya. “Air mata boleh bercerai, napas boleh sesak tapi langkah ke depan tidak boleh berhenti. Kalau perang boleh kalah, tapi kalau perjuangan untuk pendidikan sepanjang masa,” kata Arief setelah menyaksikan Feri mencoba mengusap air matanya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
