Rabu 27 Jul 2016 18:43 WIB

Pasar Merespons Positif Sri Mulyani

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ilham
Sri Mulyani (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Sri Mulyani (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditunjuknya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan disambut baik oleh pasar keuangan. Hal ini terlihat dari meroketnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 5.274 pada penutupan perdagangan Rabu (27/7).

Ekonom Mandiri Sekuritas, Leo Putra Rinaldy menyebutkan, hal ini merupakan bukti jika pasar merespon positif kembalinya Sri Mulyani sebagai menteri keuangan. Mantan Managing Director World Bank tersebut dikenal memiliki track record yang baik saat menjabat sebagai Menkeu di era Presiden SBY.

Ketika terjadinya Krisis Keuangan Global pada 2008, Sri Mulyani juga dikenal sebagai sosok yang andil dalam membawa Indonesia keluar dari krisis, dibandingkan negara-negara lain pada saat itu.

"Kalau kita lihat indikator makro saat Sri Mulyani jadi Menkeu cenderung oke. Misalnya government debt to GDP itu turun. Sebelumnya, government debt to GDP di tahun 2005 itu sempat 43 persen. Di tahun 2010 pas bu Sri keluar jadi 24 persen. Kalau kita lihat average growth kita juga lebih baik," katanya pada Republika.co.id, Rabu (27/7).

Sri Mulyani juga terbukti bagus dalam mengatasi fiskal. Saat menjabat sebagai Kementerian Keuangan, ia dapat mengelola budget deficit di bawah 2 persen. Sehingga, dengan track record Sri Mulyani yang positif ini, market menilai akan positif untuk market dan ekonomi secara keseluruhan.

Selain itu, dari sisi capital inflows juga diperkirakan akan mengalir deras. Meskipun demikian, investor masih wait and see untuk melihat gebrakan pemimpin baru Kementerian Keuangan ini. Hal ini yang ke depannya dianggap akan memberikan sentimen positif bagi rupiah apabila capital inflows masuk.

Tercatat pada hari ini berdasarkan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Rupiah menguat ke level Rp 13.130 per dolar AS.

Kendati begitu, Leo menegaskan, jika kita tidak dapat mengharapkan Sri Mulyani untuk segera memperbaiki kondisi perekonomian dalam waktu cepat. Sebab, kondisi saat ini berbeda dengan era SBY.

Saat itu, permasalahan di budget berasal dari subsidi. Sedangkan saat ini berasal dari sisi penerimaan negara. "Jadi kondisinya berbeda, menurut saya beliau butuh waktu untuk menyesuaikan. Butuh waktu untuk merubah kondisi fiskal jadi lebih baik, misalnya menggenjot penerimaan pajak," katanya.

Sementara itu, Analis NH Kordinasi Securities Reza Priyambada menilai sentimen positif hari ini merupakan sentimen sementara. "Kita tunggu kebijakan pemimpin tim ekonomi yanga sekarang. Apabila ada gebrakan kebijakan yang dinilai bagus, maka akan terus memberi sentimen positif ke depannya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement