Selasa 26 Jul 2016 19:33 WIB
Kelompok Santoso

Pengamat: Santoso dalam Perang Opini Media Antara Teroris Atau Syuhada

Kelompok Santoso (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Kelompok Santoso (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Pengamat komunikasi dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Iswandi Syahputra mengatakan masyarakat hendaknya tidak terjebak dengan opini yang dibangun kelompok radikal bahwa teroris Santoso atau Abu Wardah yang tewas ditembak anggota TNI mati syahid (syuhada). Menurutnya, saat ini terjadi perang wacana di media.

"Ini perang opini melalui media yang diembuskan kalangan tertentu. Mereka menyebarkan bahwa ada spanduk dukungan yang meriah dari masyarakat dan menyebut Santoso itu syuhada," kata Iswandi kepada media, Selasa (26/7).

Menurut Iswandi, pembentukan opini positif untuk pelaku teror oleh kelompok radikal bukan hal baru. Pada tahun 2000-an ketika pelaku bom Bali Amrozi dihukum mati juga beredar kabar bahwa Amrozi mati syahid karena bersamaan dengan adanya lafaz Allah dalam Bahasa Arab di langit disertai angin yang bertiup ketika pemakaman dan burung-burung yang berkicau.

"Jadi, upaya yang dibuat oleh simpatisan terorisme saat pemakaman Santoso itu bukan untuk pertama kali. Saat Amrozi dihukum mati, mereka juga berupaya demikian," tutur dosen Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga itu.

Dikatakannya, fundamentalisme agama bisa menular dan cara menularkannya bisa melalui mitos-mitos seperti awan di langit dan hal-hal tertentu. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan tidak terjebak dengan propaganda terorisme yang didukung pemberitaan media atau laman radikal dan dibesar-besarkan di media sosial.

"Di situ saya melihat para simpatisannya lihai dengan masalah opini. Ditambah, mereka tidak mendapat peliputan yang layak di media massa, maka cara-cara seperti itu dianggap efektif untuk menularkan semangat juang terorisme itu," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof Achmad Satori Ismail berpendapat bahwa hanya Allah SWT yang bisa menentukan Santoso mati syahid atau bukan. Dia melihat Santoso adalah orang yang punya kelompok dan merongrong keamanan negara.

"Dalam konteks kebangsaan, seorang warga negara merongrong keamanan negara itu kan tidak baik. Itu sebabnya dia diburu oleh aparat keamanan," kata Satori

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement