REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2016 mencapai 14,29 persen atau mengalami kenaikan 0,76 poin dibandingkan kondisi semester sebelumnya.
"Dibandingkan kondisi semester sebelumnya (September 2015) angka kemiskinan Lampung mengalami kenaikan 0,76 poin, dari 13,53 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung Yeane Irmaningrum di Bandarlampung, Selasa (25/7).
Ia menyebutkan sejalan dengan kenaikan persentase, jumlah penduduk miskin di Lampung pada Maret 2016 juga bertambah 68,9 ribu jiwa menjadi 1,170 juta jiwa dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2015 yang sebesar 1,101 juta jiwa.
Pedesaan, lanjutnya, menjadi konsentrasi kemiskinan dimana 15,69 persen penduduknya berkategori miskin. Angka ini setara dengan 936,21 ribu jiwa. Sedangkan di perkotaan penduduk miskinnya sebanyak 10,53 persen atau 233,39 ribu jiwa.
Selama periode September 2015-Maret 2016, baik perkotaan maupun perdesaan mengalami kenaikan persentase dan jumlah penduduk miskin. Di daerah perkotaan bertambah sekitar 35,4 ribu jiwa (13,77 persen), sementara di daerah perdesaan bertambah 33,5 ribu jiwa (4,28 persen).
Garis kemiskinan Provinsi Lampung Maret 2016 sebesar Rp364.922 per kapita per bulan, naik 2,28 persen dibandingkan September 2015. Garis Kemiskinan 75,20 persen disumbangkan oleh komoditas makanan, terbesar dari konsumsi beras, rokok kretek filter dan telur ayam ras.
"Sedangkan komoditas nonmakanan yang menyumbang 24,80 persen utamanya dipengaruhi konsumsi perumahan, listrik, dan bensin. Garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibanding perdesaan yakni Rp392.488 berbanding Rp364.922," tambahnya.