REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Bencana pergerakan tanah di Kecamatan Curug Kembar, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat semakin meluas.
"Hingga Ahad (24/7) siang jumlah rumah warga yang mengalami kerusakan 263 unit,’’ ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Usman Susilo.
Rinciannya, sebanyak 135 rusak berat, 85 rusak sedang, dan sebanyak 43 unit rusak ringan. Data tersebut hanya sementara karena pergerakan tanah di lokasi masih terus berlangsung. Selain merusak permukiman warga, bencana pergerakan tanah juga merusak sejumlah masjid atau mushala, majelis taklim, satu Sekolah Dasar, dan satu Posyandu.
Usman menambahkan, Pemkab telah menyediakan lokasi pengungsian di SD Nagrakjaya. Namun, sebagian warga lebih memilih mengungsi ke rumah keluarganya. Hingga kini sudah ratusan jiwa yang telah mengungsi.
Bencana tersebut lebih banyak melanda permukiman warga di Desa Nagrakjaya. Kedua desa ini sama-sama berada di bawah tebing Gunung Sapu yang rawan longsor. Menurut Usman, upaya penanganan bencana pergerakan tanah ini dengan melibatkan petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan elemen masyarakat lainnya.
Selain itu, Pemkab juga telah berupaya menyalurkan bantuan darurat kepada korban pergerakan tanah. Bantuan juga datang dari BPBD Jawa Barat, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sukabumi, Dinas Sosial (Dinsos) Sukabumi, perusahaan swasta, dan partai politik.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Andi Kusnadi menambahkan, Pemkab sedang melakukan kajian upaya relokasi terhadap warga yang menjadi korban pergerakan tanah. "Rencananya dalam waktu dekat ini akan mendatangkan tim geologi ke Curug Kembar,’’ ujar dia.
Jumlah warga yang direlokasi ungkap Andi, diperkirakan 300 KK dari satu kadusunan.