Kamis 21 Jul 2016 22:45 WIB

RSHS Rawat Penderita Penyakit Norwegian Scabies

RS Hasan Sadikin
Foto: SKYCRAPERCITY.COM
RS Hasan Sadikin

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung sejak 19 Juli 2016 merawat DS (12) yang menderita penyakit Norwegian Scabies atau penyakit kulit gudikan.

"Penyakitnya sebenarnya simpel yakni skabies, cuma karena kondisi tertentu, anak tersebut mengalami kurang gizi dan tampaknya kesehatan lingkungannya kurang baik sehingga penyakit simpel ini jadi memberi kesan sangat mengerikan," kata Direktur Medik dan Keperawatan RS Hasan Sadikin Bandung Dr Nucki Nursjamsi Hidajat, Kamis (21/7).

Menurut dia saat ini dokter dari RS Hasan Sadikin Bandung bukan hanya memberikan pengobatan untuk menyembuhkan penyakit Norwegian Scabies pasien DS namun juga memberikan asupan gizi yang baik agar pasien tersebut tidak kekurangan gizi.

"Lutut pasien DS ini menjadi kaku susah untuk ditekuk karena sudah mengeras dan melepuh sehingga oleh tim rebilitasi diberikan semacam terapi," kata dia.

Ia menjelaskan penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu kecil yang bernama sarcoptes scabiei varian hominis termasuk ke dalam jenis penyakit menular sehingga pasien DS harus diisolasi di ruangan khusus.

"Sebenarnya pencegahan penyakit ini sangat simpel yakni dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Jadi, kalau tubuh dan lingkungan kita bersih maka akan terhindar," ujar dia.

Sementara itu, dokter penanggung jawab pasien DS, Dr Djatnika Setiabudi dr SpAk mengatakan tindakan medis berupa isolasi diberlakukan agar penyakit tersebut tidak menular kepada orang di sekitar DS.

"Protapnya memang seperti itu jika ada pasien penderita penyakit ini. Kalau dulu orang sering menyebut penyakit ini agogo karena penderitnya menggaruk bagian tangan menyerupai tarian agogo," kata dia.

Menurut dia, sebelumnya RS Hasan Sadikin Bandung pernah merawat pasien DS pada tahun 2014 dan sempat dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang ke rumahnya di Kampung Kertajaya RT 02/12 Desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.

Djatnika menjelaskan penularan penyakit ini bisa dari kontak kulit antara manusia ke manusia. Kutu sarcoptes scabiei varian hominis tidak dapat dilihat secara langsung namun harus menggunakan mikroskrop.

Ia mengatakan setelah diberikan tindakan medis dan dirawat di ruang isolasi kondisi pasien DS saat ini jauh lebih baik dibandingkan ketika pertama kali datang pada tanggal 19 Juli 2016. "Ke depan kita akan terapi antikutu, untuk pasien dan lingkungan dan saudara-saudara pasien DS ini," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement