Rabu 20 Jul 2016 17:02 WIB

TNI-Polri Perlu Waspadai Perlawanan Teroris Pascatewasnya Santoso

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Karta Raharja Ucu
Kelompok Santoso (Ilustarsi)
Foto: Republika/Mardiah
Kelompok Santoso (Ilustarsi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerja sama TNI-Polri dalam melumpuhkan tokoh teroris Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, patut diapresiasi. Memang, penumpasan kelompok teroris yang hanya sebanyak 30 orang ini cukup lama, yakni berlangsung delapan bulan dengan melibatkan 3.000 personel

Indonesia Police Watch (IPW) menilai, tewasnya Santoso bisa disebut sebagai hadiah TNI untuk Kapolri baru Tito Karnavian. Sebab Santoso tewas dalam operasi yang dilakukan TNI, yang berujung pada aksi tembak menembak.

"Dari kasus Santoso terlihat adanya soliditas antara TNI dan Polri dalam melakukan kerja sama di Operasi Tinombala," ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Rabu (20/7).

 

Dengan tewasnya Santoso, Polri tetap perlu bekerja keras mengantisipasi perlawanan para teroris. Pasalnya saat ini ada dua tokoh yang berbahaya, yakni Ali Kolara yang berpotensi menggantikan posisi Santoso di Poso dan Arief Maroef tokoh yang menyembunyikan Noordin M Top, yang sekarang sudah bebas dan berada di Yogyakarta. Keduanya perlu diwaspadai Polri.

 

Neta mengatakan tewasnya Santoso bukan berarti aksi terorisme di indonesia akan berakhir. "Yang dikhawatirkan justru adanya serangan balasan dari antek-antek dan jaringan Santoso," ujar Neta.

Di Poso sendiri Santoso sudah membangun kader. Salah satunya Ali Kolara. Kelompok Santoso sendiri merupakan satu dari sembilan kelompok radikal yang masih tumbuh subur di Indonesia, dan sangat berpotensi melahirkan para teroris.

Menurut dia, walau Santoso sudah tewas, pengejaran Polri terhadap teroris di Indonesia belum akan berhenti. Sebab kelompok Solo masih terlihat sangat agresif. Setidaknya, kata Neta, hal ini terlihat dalam aksi bom bunuh diri di Polresta Solo akhir Ramadhan lalu.

Neta menyebut potensi teroris ini makin mengkhawatirkan tatkala beredar kabar masuknya dana setara Rp 20 miliar dari Suriah ke Yogyakarta yang diduga untuk kelompok teroris. Artinya, Kapolri baru Tito Karnavian maupun Kepala BNPT yang baru Komjen Suhardi Alius masih melakukan kerja keras untuk menekan aksi-aksi terorisme di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement