REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Tokoh masyarakat Poso, Sulawesi Tengah, Yus Mangun mengatakan kasus tewasnya pimpinan kelompok sipil bersenjata Santoso dan pengikutnya patut direnungi dan dijadikan pelajaran bagi masyarakat Indonesia khususnya di Poso agar tidak mengikuti jalan hidup buronan aparat itu.
"Saya mengimbau kepada handai taulan khususnya masyarakat Poso, meninggalnya Santoso sebaiknya dijadikan bahan perenungan agar tidak mengikuti jalan hidupnya," katanya di Palu, Rabu (20/7) menanggapi tewasnya Santoso dalam baku tembak dengan aparat Senin petang (18/7).
Yus mengatakan pascatewasnya Santoso, tidak ada lagi prediksi akan ada pengganti Santoso berikutnya karena itu hanya akan menjadikan Poso, terutama Indonesia selalu buruk di mata dunia. Dia mengatakan sudah cukup 17 tahun tanah kelahirannya itu menjadi sorotan media secara terus menerus sejak Poso dilanda konflik kemanusiaan 1998.
Baca: ISIS Tetap Perlu Diwaspadai Meski Santoso Tewas
"Saya berharap dengan meninggalnya Santoso dan nanti tertangkapnya para pengikutnya maka ini peristiwa terakhir gangguan stabilitas. Setelah itu tidak ada lagi gangguan keamanan hingga ke depannya," katanya.
Dia mengatakan masyarakat Poso ingin hidup damai, tenteram, tanpa sedikit pun gangguan yang bisa merusak tatanan sosial maupun ekonomi masyarakat di daerahnya itu. "Bukan hanya gangguan keamanan tetapi juga dari segi opini media," katanya.
Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah tiga periode dari daerah pemilihan Poso itu mengatakan dirinya sedih daerahnya disebut-sebut sebagai basis jaringan teroris internasional. "Sudah 17 tahun Poso dalam lensa pemberitaan dunia internasional. Pemberitaannya negatif," katanya.
Dia mengatakan diperlukan langkah-langkah strategis guna membendung munculnya kembali paham radikal yang mengarah pada tindakan destruktif terhadap negara. Langkah itu antara lain melalui penguatan komunikasi lintas agama, tokoh, budaya dan adat, serta keterlibatan aparat dan pemerintah.