REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operasi Tinombala dikabarkan berhasil menembak mati Santoso. Buronan sejak 2011 ini diduga tewas bersama seorang anggota kelompoknya. Sedangkan dua perempuan yang bersamanya melarikan diri.
"Jika benar itu Santoso, ini sebuah keberhasilan operasi counter gerilya oleh TNI, " ujar peneliti terorisme dan intelijen Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib kepada Republika.co.id, Selasa (19/7).
Operasi counter gerilya dilakukan dengan cara menyekat pergerakan kelompok Santoso. Mereka didesak mundur ke wilayah yang vegetasi hutannya lebat dan sulit bahan makanan.
"Saat ini mereka putus asa. Akhirnya keluar hutan, ke pinggiran, maka bisa diserang oleh pasukan Kostrad," jelas alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen UI tersebut.
Jika benar Santoso tewas, Ridlwan meyakini ancaman teror di dalam kota akan meningkat. "Ada retaliasi atau pembalasan dendam, ini harus jadi kewaspadaan aparat, " ujarnya.
Lantas bagaimana dengan sisa anggota kelompok Santoso di dalam hutan Poso? Menurut Ridlwan, mereka akan menyerah. Ada dua tokoh selain Santoso yakni Basri dan Ali Kalora. Kalau yang tewas Santoso dan Ali, Basri akan turun gunung. Anggota yang lain juga akan menyerah karena mereka kehilangan figur pemimpin. Selama ini mereka bertahan karena takut dengan Santoso.
Dua wanita yang berhasil lolos, Ridlwan menduga mereka adalah istri Santoso dan istri Ali Kalora. Hanya dua orang wanita yang masuk ke dalam hutan.