Kamis 14 Jul 2016 18:45 WIB

Selamatkan Rawapening, Pemkab Semarang Gelar 'Festival Baruklinting'

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Lomba perahu hias digelar untuk menyemarakkan Festival Baruklinting 2016.
Foto: Bowo Pribadi
Lomba perahu hias digelar untuk menyemarakkan Festival Baruklinting 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Rawapening dinilai memiliki kemanfaatan yang besar bagi masyarakat Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Selain potensi ekonomi di bidang  kepariwisataan, danau alam ini juga memiliki potensi perikanan yang besar bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Hanya saja, persoalan lingkungan yang terjadi di Rawapening sudah sangat kompleks. Mulai dari sedimentasi, gulma enceng gondok, hingga pencemaran air. Untuk membangun kepedulian terhadap pelestarian lingkungan di kawasan Rawapening dan mengembangkan pariwisata kawasan setempat, Pemerintah Kabupaten Semarang lantas menggelar kegiatan 'Festival Baruklinting' di Rawapening. 

Festival yang dipusatkan di Bukit Brawijaya, kompleks objek wisata Bukit Cinta, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang ini, berlangsung mulai Kamis hingga Ahad (14-17/7). Beragam agenda budaya, lomba, serta pameran potensi ekonomi kreatif memeriahkan festival yang juga mengusung kampanye lingkungan bagi pelestarian Rawapening. 

"Jika kita kurang peduli dengan kondisi Rawapening, maka potensi dan nilai kemanfaatan rawa ini akan semakin berkurang," kata Bupati Semarang, Mundjirin.

Karena itu, bupati mengingatkan kembali para pemangku kepentingan akan perlunya langkah  terpadu penyelamatan Rawapening dari ancaman sedimentasi total. Sebab saat ini permukaan rawa telah dipenuhi gulma enceng gondok yang tumbuh berkembang tak terkendali hingga laju sedimentasi begitu tinggi.

Mundjirin menginginkan, festival ini menjadi titik awal langkah dan upaya bersama untuk segera menyelamatkan Rawapening dari ancaman kerusakan lingkungan.

"Sebab, jika kondisi seperti ini masih berlanjut, bukan tidak mungkin dalam 50 tahun lagi, Rawapening bakal berubah menjadi daratan dan bukan rawa lagi," ujarnya.

Pada kesempatan ini, ia juga menggugah pemerintah pusat terkait dengan upaya penanganan lingkungan Rawapening yang sudah menjadi agenda nasional.

Berdasarkan rekomendasi Konferensi Nasional Danau Indonesia II tahun 2009, Rawapening termasuk salah satu dari 15 danau di Tanah Air yang mendapat prioritas untuk diperbaiki ekosistemnya.

Namun, hingga kini, penanganan ini belum juga terealisasi. "Makanya kita menunggu, sebab Kabupaten Semarang tak memiliki kemampuan untuk menangani sendiri," katanya.

Sugeng (43), warga RT 4/RW 5 Desa Rowoboni Banyubiru, mengamini ancaman sosial akibat dampak kerusakan lingkungan Rawapening. 

Menurutnya, hasil tangkapan ikan semakin menurun. Tahun 1990-an, ia bisa memperoleh ikan sebanyak 23 kilogram per hari. "Sekarang, tangkapan ikan per hari tidak lebih dari separuhnya,” kata Sugeng. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement