Rabu 06 Jul 2016 09:09 WIB

'Pak Ahok, Kenapa Lebaran Gerobak Saya Diambil?'

Rep: M Akbar/ Red: Israr Itah
Sutisna dan Siti Aminah yang terkena razia Satpol PP saat Lebaran.
Foto: REPUBLIKA/M Akbar
Sutisna dan Siti Aminah yang terkena razia Satpol PP saat Lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tak ada tawa bahagia untuk menyambut Lebaran tahun ini. Hanya tangisan yang menguras air mata ketika mengetahui gerobak penyambung hidup ternyata telah hilang digondol petugas Satpol PP dan Dinas Kebersihan dari Kecamatan Pulogadung,  Jakarta Timur.

Nestapa itulah yang kini menyelimuti hati pasangan Sutisna dan Siti Aminah. 

''Pak Ahok, kenapa pas Lebaran gini sih. Ntar aja kek. Sekarang saya enggak tahu gimana Lebaran, '' keluh Siti Aminah ketika berbincang dengan Republika.co.id di Jakarta, Rabu (6/7).

Mimin, begitu Siti Aminah lebih akrab disapa, mengaku gerobak yang diangkut 'Pasukan Oranye' itu berisi dagangan yang hendak dijualnya pada masa Lebaran. Di dalamnya terdapat 50 ketupat, aqua, teh botol, wadah air panas, dan kompor gas. 

''Padahal gerobaknya itu saya taruh di belakang pos. Enggak kelihatan dan enggak kena jalanan, kok! '' kata Sutisna. 

Sutisna mengaku harus berdagang karena sejak Januari silam sudah tidak lagi memiliki penghasilan tetap. Sebelumnya dia bekerja sebagai petugas kebersihan di Taman Ampi Pulomas. 

''Walau tidak lagi digaji, saya tetap membersihkan jalan dan taman kok. Saya ikhlas. Tapi kenapa gerobak saya harus mereka ambil?'' kata pria berusia 64 tahun ini. 

Saat ditanya siapa pihak yang melakukan razia, Sutisna hanya mendengar kabar bahwa pada Rabu dini hari atau malam takbiran ada Pasukan Oranye. Pasukan itu terdiri dari petugas dinas kebersihan dan Satpol PP dari Kecamatan Pulogadung.

Tak ada pemberitahuan sebelumnya. Yang melihat kejadian itu justru Zurni Nazir, seorang ibu warga Pulomas pada pada Rabu, sekitar pukul 02.00 WIB

''Semalam saya memang sempat mendengar ada yang berisik. Itu petugas yang lagi melakukan razia pakai baju oranye,''kata Zurni. 

Mimin sangat berharap gerobak yang disita itu bisa dikembalikan lagi. Ia sangat berharap karena dari sanalah kehidupan mereka jalani. 

Mimin menceritakan semua barang dagangan itu bernilai Rp 1, 5 juta. Sementara gerobak itu, kata dia, berasal dari kedermawanan warga di Pulomas. 

''Saya mohon sekali gerobaknya bisa dikembalikan. Itu dagangan saya. Kalau enggak ada, bagimana saya hidup? '' kata Mimin dengan air mata berlinang. 

''Gerobak itu untuk makan saya dan anak cucu. Tolonglah, Pak, '' sambung Mimin yang mengaku sudah memiliki 22 cucu dan empat buyut ini. 

Pasangan yang tinggal mengontrak di sebuah rumah petak di Pulomas 8 ini mengaku menyambung hidupnya dengan cara berdagang dan sang istri bekerja sebagai pembantu.

''Alhamdulillah dagangannya bisa kasih saya tambahan. Sehari rata-rata bisa dapat Rp100 ribu-200 ribu. Tapi kenapa harus Lebaran ini diambil gerobaknya,'' kata Mimin. 

''Pak Ahok, tolonglah saya. Tolong, soalnya saya hidup hanya dari dagangan itu. Saya tetap menyapu tapi enggak digaji. Tolonglah, Pak!''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement