Rabu 22 Jun 2016 17:05 WIB
Hari Jadi Jakarta

Dua Maskot Jakarta di Ambang Kepunahan

Elang bondol
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Petugas pemelihara satwa membawa elang bondol (Haliastur indus) hasil penyerahan warga untuk dievakuasi ke kantor Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) di Taman Satwa Tarekot, Malang, Jawa Timur, Senin (20/6).

Kondisi serupa juga menimpa salak condet. Salak condet saat ini semakin sulit dijumpai. Padahal sekitar 10 tahun lalu buah yang menjadi maskot DKI Jakarta itu sempat menjadi primadona.

Salah satu penyebab, kurangnya budi daya buah ini. Sebelumnya kebun salak condet mudah dijumpai wilayah Condet, Jakarta Timur. Namun, seiring zaman hanya beberapa yang tersisa.

Yuli (45 tahun) warga Condet, mengatakan, persaingan pasar buah yang terjadi saat ini, menjadi salah satu alasan mengapa Salak Condet jarang ditemukan. "Banyak buah impor di pasar, jadi salak condet kurang dilirik masyarakat," ujar Yuli.

Ia sangat menyayangkan sebagian besar warga Jakarta tidak mengetahui Salak Condet yang merupakan maskot Ibu kota. "Sayang banget kalau nggak tahu Salak Condet. Buahnya berbeda dengan Salak Pondoh, dagingnya lebih tebal dan lebih lembut kalau dimakan," kata Yuli.

Perempuan asli Betawi asli ini berharap generasi muda tidak lupa dengan salah satu maskot Jakarta. Ia tetap berusaha agar salak condet tidak punah dimakan zaman.

"Ya, caranya agar generasi muda nggak lupa, kita olah jadi asinan dan berbagai macam makanan yang unik. Abis kalau nggak gitu lama-lama Salak Condet bisa punah, anak cucu kita nanti nggak tahu apa salak condet," imbuh Yuli.

Abah Alwi juga menyayangkan saat ini elang bondol dan Salak Condet sulit dijumpai. "Paling-paling hanya gambarnya saja di bus Transjakarta, atau patungnya," tutup pria yang besar di Condet ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement