Humas TMR, Wahyudi Bambang (38 tahun) mengatakan, di TMR dilakukan penyelamatan dan penetasan telur elang bondol. Namun, hingga 2014, baru dua telur yang berhasil menetas dan bertahan hidup hingga sekarang.
"Dalam setahun elang bondol hanya bertelur dua kali. Namun belum tentu menetas juga bertahan. Itulah sebabnya hewan ini menjadi langka dan terancam punah," kata Wahyudi saat ditemui Republika.
Wahyudi menyebut, saat ini TMR memiliki 20 ekor elang bondol. Tapi menurut Wahyudi saat ini upaya penangkaran masih belum memenuhi harapan.
Ia pun menyayangkan elang bondol yang menjadi maskot Jakarta tidak pernah lagi terlihat terbang di langit Ibu Kota. "Elang bondol memang pemakan daging (karnivora), tapi hewan ini tidak tergolong buas. Elang bondol pada dasarnya bersahabat dan cenderung tidak menyukai keramaian," kata dia menjelaskan.
Bambang menambahkan, selain di TMR, penangkaran elang bondol juga ada di Kepulauan Seribu. Habitat hewan yang memiliki nama latin Haliastur indus itu dapat ditemukan di daerah sekitar pantai, sungai, dan hutan.
"Ketinggian terbang elang bondol dapat mencapai 3.000 meter. Elang bondol termasuk ke dalam hewan yang dilindungi oleh Undang-undang yaitu No 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No 7 dan 8 tahun 1998," kata dia.