REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai Pulau Jawa masih butuh tambahan pasokan listrik pada 2019 mendatang.
Hal ini menyusul rencana PT Perusahaan Listrik Negara (persero) untuk mengkaji ulang keekonomian proyek kabel bawah laut atau HVDC (high voltage direct current) 500 kilo Volt (kV) yang rencananya akan mengirim listrik sebesar 3 ribu Mega watt (MW) dari Sumatra ke Jawa.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman menjelaskan, meski nantinya Pulau Jawa akan mendapat tambahan pasokan listrik sebesar 23 ribu MW dalam proyek 35 ribu MW, namun reserved margin listrik di Pulau Jawa dianggap masih pas-pasan, 30 persen.
Selama lima tahun ke depan, lanjutnya, dengan konsumsi listrik yang terus bertambah Jarman menilai bahwa reserved margin haris dinaikkan dengan menambah pasokan listrik. Salah satu caranya ialah dengan menjalankan rencana pembangunan kabel bawah laut atau HVDC.
"Kalau tidak ditambah lagi akan drop, dan kalau drop nanti akan sering padam. Itu harus di-maintain. Memang interkoneksi ini buat perbaikin sistem baik sumatra ataupun jawa. Makanya kita nanti ada interkoneksi Asean Power Grid. itu kan interkoneksi antara negara Asean, itu pun sudah dibuat itu. Akan nyambung lagi di situ," katanya.
Sebelumnya, PLN menyatakan akan mengkaji kembali keekonomian proyek kabel bawah tanah atau HVDV (high voltage direct current) yang akan mentransmisikan listrik dari pembangkit mulut tambang di Sumatera menuju ke Jawa. Hal ini menyusul keputusan pemerintah bersama dengan PLN dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2016 - 2025 yang di dalamnya juga mengatur keberlanjutan proyek kabel listrik bawah tanah.
Manajer Senior Hubungan Masyarakat PLN Agung Murdifi menjelaskan bahwa pihaknya menilai keekonomian proyek kabel bawah laut perlu dilakukan lantaran perencanaannya sudah dilakukan pada satu dekade lalu.
Kondisi saat ini, lanjutnya, dinilai sudah jauh berbeda sari segi keekonomian. Perhitungan ini dengan mempertimbangkan berbagai variabel termasuk harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Iya tentu kita tahu bahwa HVDC direncanakan sudah lama. Tentunya PLN harus melihat, untuk saat ini keekonomisannya gimana. HVDC kan direncanakan sudah lama ya sejak 2006. Melihat perkembangannya sekarang kami harus meninjau kembali," kata Agung pekan lalu.