Senin 20 Jun 2016 17:48 WIB

Ini Penyebab Jawa Tengah Mudah Longsor

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas mengoperasikan alat berat guna mencari korban tanah longsor di Caok, Karangrejo, Loano, Purworejo, Jateng, Senin (20/6).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas mengoperasikan alat berat guna mencari korban tanah longsor di Caok, Karangrejo, Loano, Purworejo, Jateng, Senin (20/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, bagian tengah Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur memiliki risiko longsor lebih tinggi dibanding wilayah lain di Jawa.

Hal ini disebabkan kondisi geologi daerah setempat seperti banyaknya material gunung api, keberadaan lereng yang curam, serta faktor manusia yang menyumbang laju penggundulan hutan dan lahan. Belum lagi, curah hujan yang tinggi menambah potensi yang sudah dimiliki sebelumnya dan ancaman tanah longsor semakin nyata.

Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM FX Sutijastoto mengungkapkan, bencana tanah longsor yang menimpa 16 titik di Jawa Tengah akhir pekan lalu merupakan akumulasi dari berbagai faktor yang mempengaruhi penyebab tanah longsor.

Ia menjelaskan, area yang terdampak longsor di Jawa Tengah secara komplit memiliki faktor yang disebutkan di atas termasuk faktor alam seperti adanya lereng curam, curah hujan yang tinggi pada akhir pekan lalu. Kemudian ditambah kemungkinan kegiatan pembukaan lahan dan hutan yang tak ideal.

Sutijastoto menyebutkan, secara intensif harus ada koordinasi yang baik antara Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan pemerintah daerah agar kegiatan mitigasi bencana bisa efektif dan jatuhnya korban bisa dihindari.

Baca juga, Enam Warga Kebumen Tertimbun Tanah Longsor. 

Ia menyebutkan, pihaknya secara rutin per bulan telah mengirimkan perkembangan terkini mengenai titik-titik rawan longsor di seluruh Indonesia. Hanya saja, ia melanjutkan, early warning system (EWS) atau peringatan dini bencana longsor baru sebatas pergerakan tanah lambat.

Sedangkan untuk pergerakan tanah secara tiba-tiba, terlebih apabila didukung dengan curah hujan yang tinggi seperti yang terjadi di Jawa Tengah pekan lalu, mitigasi secara efektif sangat diperlukan.  "Situasi di sana memang hujan terus menerus. Menurut saya juga karena melihat pengelolaan lingkungan di daerah juga masih lemah. Penggundulan hutan dan pembukaan lahan," kata Sutijastoto.

Ia menambahkan, saat ini Badan Geologi telah mengirimkan tim untuk menginvestigasi langsung bagaimana longsoran terjadi di 16 titik di Jawa Tengah pada pekan lalu. Hasil dari investigasi, lanjutnya, akan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah pusat untuk memperbaiki mekanisme mitigasi bencana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement