REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai adanya penjara khusus teroris di Indonesia justru akan lebih membahayakan masyarakat. Sebab, para pelaku terorisme justru akan bersatu di satu tempat.
"Penjara khusus teroris itu sudah diusulkan sejak lama tapi juga ada bahayanya, kalau disatukan dia bikin universitas, senior mengajar junior untuk lebih aktif," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (10/6).
Ia mencontohkan, pelaku terorisme Santoso dan kelompok ISIS yang justru dapat menyebarkan pahamnya di tahanan. Di penjara khusus teroris, para pelaku justru dapat bersifat lebih radikal saat bebas nanti.
"Buktinya Santoso bekas tahanan merekrut anak muda lainnya, lebih internasional lagi, ISIS itu hampir semua pimpinannya bekas ditahan semua di Irak, di penjara dia lebih radikal setelah keluar," kata JK.
Baca juga, Indonesia Belum Perlu Penjara Khusus Teroris.
JK pun menyebut semua upaya penanganan terhadap para pelaku terorisme memang berisiko. Jika para pelaku ditahan bersama para pelaku kriminal lainnya, dikhawatirkan pelaku terorisme tersebut dapat menyebarkan pahamnya dan merekrut orang lain.
Namun, jika disatukan dengan tahanan terorisme lainnya, justru mereka dikhawatirkan dapat lebih radikal.
"Jadi untuk menyatukan mereka bisa lebih bahaya juga, memang semua ada risiko, kalaupun disatukan kriminal lainnya dia bisa mengajak kriminal itu, tapi antara mereka lebih radikal kalau bersama-sama," jelas dia.