Kamis 09 Jun 2016 21:04 WIB

Suasana Ramadhan di Tenda Pengungsian Pasar Ikan

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Ilham
Warga gusuran Pasar Ikan berbuka puasa di Penjaringan, Jakarta Utara,Selasa (7/6).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto:

Ian mengatakan, keadaan yang kian sulit tersebut tak lantas menyurutkan semangat para pengungsi untuk menjalankan ibadah di Bulan Ramadhan kali ini. Sudah empat malam belakangan ini mereka melaksanakan shalat sunnah Tarawih secara berjamaah di mushalla darurat yang mereka buat di atas puing-puing Kampung Akuarium.

“Untuk menerangi mushalla darurat itu, kami menyalakan lampu dengan menggunakan listrik dari genset. Ya, mau enggak mau, itu harus kami lakukan, meski harus urunan untuk beli bensin,” ujar Jamiad.

Dia menuturkan, di dekat rumahnya dulu ada satu mushala yang dijadikan warga sebagai tempat melaksanakan shalat Tarawih berjamaah setiap malam Ramadhan. Akan tetapi, mushala itu pun kini telah berubah menjadi puing-puing beton usai digaruk cakar-cakar besi ekskavator yang dikerahkan oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Pemprov DKI Jakarta mengeksekusi ratusan bangunan di RW 04 Kampung Akuarium Pasar Ikan pada April lalu. Ahok berdalih, penggusuran dilakukan lantaran kawasan tersebut akan diubah menjadi ruang terbuka hijau (RTH), termasuk memperbaiki sheet pile sungai, sebagai bagian dari program Revitalisasi Kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa. Menurut catatan, ada 4.929 jiwa, 1.728 kepala keluarga (KK), dan 893 unit bangunan yang terkena dampak penggusuran pada waktu itu.

Kini, sebagian dari korban penggusuran itu masih terus mencoba bertahan tinggal di tenda-tenda pengungsian yang terdapat di atas puing-puing Kampung Akuarium. Bahkan, menurut pantauan Republika.co.id, beberapa di antara mereka ada pula yang mendirikan bangunan baru di atas area tersebut dengan menggunakan kayu dan papan tripleks bekas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement