Selasa 07 Jun 2016 23:47 WIB

Banjir Rob Bikin Jakarta Utara tak Menarik untuk Investasi

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Karta Raharja Ucu
Seorang warga melintasi banjir rob di Kawasan Pasar Ikan Muara Baru, Jakarta, Selasa (7/6).   (Antara/Wahyu Putro A)
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Seorang warga melintasi banjir rob di Kawasan Pasar Ikan Muara Baru, Jakarta, Selasa (7/6). (Antara/Wahyu Putro A)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancaman rob di masa mendatang dinilai akan makin serius. Jika tidak segera ditangani, kondisi tersebut dapat menyebabkan wilayah utara Jakarta tidak menarik untuk investasi atau pengembangan wilayah.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan perlu upaya komprehesif untuk mengatasi banjir rob. Pasalnya, rob menjadi ancaman di masa mendatang dan kehadirannya pun akan lebih meningkat lagi.

Masyarakat harus adaptasi dan mitigasi dengan rob tersebut. "Masyarakat dan pemerintah bisa membuat tanggul, meninggikan lantai, membangun rumah panggung dan lainnya. Bahkan secara swadaya membangun polder dan pompa untuk melindungi lingkungannya," jelas Sutopo, Selasa (7/6).

Masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah itu harus kompak tidak mengeksploitasi air tanah secara berlebihan. Membangun sumur resapan, biopori, dan upaya lain yang intinya menakan agar penurunan muka tanah dapat berkurang.

Pemprov DKI Jakarta beserta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah memiliki langkah-langkah antisipasi rob dan banjir di Jakarta. Misalnya saja seperti pembangunan tanggul laut raksasa, reklamasi, pembangunan polder, tanggul di pantai dan upaya struktural lainnya. Tentunya saja upaya tersebut selalu ada yang pro dan kontra.

Sutopo menyebut peninggian tanggul memang merupakan langkah paling efektif mengurangi potensi rob. Namun, hal tersebut tidak bersifat permanen karena daya tahannya hanya lima hingga 10 tahun. Langkah ini dinilai bisa menjadi solusi sementara menahan rob sambil menunggu pembangunan tanggul laut raksasa dimulai.

Dia mengatakan proyek Giant Sea Wall (GSW) memang proyek prestisius. Proyek ini ditargetkan dimulai pada 2015 dan diharapkan terwujud di 2025.

Namun, pembangunannya membutuhkan dana besar. Agar memberikan manfaat ganda, pembangunan tanggul itu juga akan disertai reklamasi pantai.

Gagasan reklamasi lebih dititikberatkan pada pertimbangan perluasan lahan dan ekonomi. Rencana ini pun sudah tertera dalam Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2011-2030. Di dalamnya tertulis pembangunan tanggul raksasa diintegrasikan dengan reklamasi pantai utara sepanjang 32 kilometer dari batas timur hingga barat pantai Jakarta.

Di atas lahan reklamasi dapat dibangun kawasan komersial dan kemungkinan jaringan jalan baru. Reklamasi membendung peninggian air laut dan penurunan daratan di Pelabuhan Rotterdam, Belanda, dan New Orleans, AS, dapat dijadikan rujukan.

Sayangnya rencana tersebut saat ini dihentikan karena pertimbangan lingkungan, perizinan, administrasi dan lainnya. "Tentu saja dampak lingkungan atau sosial ekonomi masyarakat pasti ada. Tapi semua itu bisa diselesaikan niatan baik. Jika tidak banjir rob akan makin meluas dan meningkat," kata Sutopo.

"Saat kamu tidak punya apa-apa selain Allah, percayalah, Allah lebih dari cukup."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement