REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane tak menginginkan Kepaa Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Tito Karnavian ikut dalam busa calon Kepala Polri (Kapolri). Alasannya, masa tugas Tito di BNPT masih panjang. Selain itu, ia beranggapan, di internal kepolisian banyak kader terbaik lain yang bisa dicalonkan.
"Masih banyak senior yang jauh di atas Tito, sehingga mantan Kapolda Metro Jaya itu perlu lebih dulu mendukung perwira yang senior untuk menjadi Kapolri," kata Neta di Jakarta, Senin (6/6).
IPW menilai jika Tito menjadi Kapolri justru akan merusak tatanan Polri karena ia harus memimpin para seniornya. Menurutnya, Tito bisa menjadi Kapolri di masa depan. Apalagi masa pensiunnya masih terbilang cukup lama.
"Kalaupun Tito akan menjadi Kapolri, mungkin bisa saja di masa mendatang, mengingat masa pensiunnya masih lama, yakni 2022," ucap Neta.
Tak hanya itu, Neta berharap, Presiden Jokowi memilih calon Kapolri yang memiliki integritas, dedikasi, pengalaman, prestasi, kepemimpinan, dan jaringan yang bisa diterima masyarakat.
"Patokan yang perlu diperhatikan Presiden adalah Pasal 11 ayat 6 UU No 2 Tahun 2002 tentang Polri, yang menegaskan bahwa Calon Kapolri adalah perwira tinggi aktif, dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier," terang Neta.
Neta melanjutkan, ke depan Polri membutuhkan figur pemimpin yang mampu menumpas kejahatan kelas teri maupun kakap. Termasuk membersihkan internal polri.