Kamis 02 Jun 2016 19:39 WIB

Serangan Daring pada Anak Buat Orang Tua Khawatir

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ilham
Anak dan media sosial
Foto: pixabay
Anak dan media sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Internet bukan lagi barang baru bagi anak-anak generasi saat ini. Mereka sudah lebih melek teknologi sejak sedini mungkin, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua terhadap keamanan anak-anak mereka.

Norton Cyber Security Insight Report menyatakan, sebanyak 98 persen dari 1.074 orang tua Indonesia khawatir terhadap keselamatan aktivitas daring anak-anak. Dari jumlah tersebut 73 persen mengungkapkan jika anak mereka pernah mengalami kejahatan daring. Kejahatan tersebut disumbang dari pelbagai macam alasan yang mendasari.

Hal paling sering dilakukan anak-anak merupakan mengunduh virus pada perangkat pintar yang ada di sekitar mereka. Akibat dari itu dinyatakan tidak hanya mengancam keselaman si anak saja, tapi juga keseluruhan keluarga.

Kekahawatiran itu juga disumbang oleh ketidaktahuan anak terhadap apa yang sedang dilakukan. Sering kali anak hanya mengklik "oke" ketika ada bar yang muncul di layar perangkat pintar yang digunakan, dan akhirnya menyebabkan penyebaran virus yang bisa merusak.

"Dan permasalahan sandi yang mudah ditebak atau mereka bagikan dengan mudah pun sering kali penyebab di-hack," kata Director, Asia Consumer Business Symantec Chee Choon Hong, Kamis (2/6).

Menurut Chee, anak-anak saat ini begitu nyaman dengan perangkat teknologi, sehingga kekhawatiran orang tua semakin meningkat. Apalagi dengan maraknya cyeberbullying, predator online, hingga masalah privasi yang sering lalai diperhatikan oleh anak-anak.

Kekhawatiran tertinggi orang tua di Indonesia terhadap anak mereka ketika berani bertemu seseorang yang asing di dunia nyata (69 persen). Selain itu, memberikan informasi kepada orang asing, mendapat perisakan dan pelecehan, melakulan aktivitas ilegal, dan mengungkapkan sesuatu yang bisa memalukan mereka.

Anak-anak dikawatirkan memdapatkan intimidasi ketimbang melakukan intimidasi pada orang lain, sehingga orang tua yakin sebanyak 37 persen anak mendapatkan perisakan di internet ketimbang di taman bermain. "Dulu kita bisa tahu siapa dengan melihat langsung yang melakukan perisakan pada anak kita, tapi sekarang bahkan orang asing pun bisa melakukannya," kata Chee.

Dari rasa khawatir yang disebabkan pelbagai alasan yang sudah dikemukaakan, orang tua akan melakukan penjagaan bagi keamanan anak. Sebanyak 63 persen orang tua membatasi akses anak untuk mengunjungi situs-situs terntentu, 62 persen hanya memberikan akses internet dengan pengawasan orang tua, 54 persen memeriksa riwayat pencarian, dan 43 persen mereka membatasi informasi yang dipasang anak-anak.

Selain itu, orang tua pun meminta kata sandi akun-akun yang dimiliki anak, meletakan perangkat teknologi yang sulit diakses, menginstal pelacak pada perangkat pintar anak, dan yang paling ekstrim tidak memberikan perangkat pintar dan akses internet sama sekali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement