Senin 23 May 2016 17:12 WIB

Indonesia di Tengah Krisis Wirausaha

Red: M Akbar
anggawira HIPMI.jpg
Foto:

Indonesia sebenarnya pernah menorehkan reputasi daya saingnya di kancah global. Berbagai inovasi dan kesiapan teknologi diusung secara serius dan sistematis. Indonesia saat itu mencanangkan program Revolusi Hijau padi PB, irigasi nasional dan pupuk, hingga swasembada pangan di 1984. Lalu Prof. B.J. Habibie merancang model dan teknologi pesawat yang banyak diterapkan di industri pesawat terbang di Eropa dan NASA.

Namun, kondisi tersebut berbalik arah menukik tajam, dengan puncaknya pada 1998, saat seluruh energi dan konsentrasi Indonesia tersedot pada satu hal; politik! Birokrasi yang cenderung koruptif dan ketidakpastian hukum memaksa semua kekuatan daya saing Indonesia hangus tak tersisa. Saat ini Indonesia tidak punya pilihan lagi selain keharusan memiliki competitiveness advantage yang tinggi.

Indonesia sudah membuka pasar yang seluas-luasnya dalam berbagai hal, seperti di bidang perdagangan, investasi dan aliran modal. Maka apabila Indonesia ingin mampu bersaing dalam percaturan liberalisasi tersebut, tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan produktivitas dan daya saing komparatif yang tinggi. Meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan tenaga kerja industri serta penerapan teknologi industri berbasis sumber daya alam lokal.

Lebih lanjut, ketergantungan impor bahan baku dan barang modal yang naik pesat mengakibatkan neraca perdagangan mengalami defisit. Oleh karena itu, tanpa upaya mendorong produktivitas industri, daya saing produk industri nasional akan makin menurun. Selain itu, ketergantungan pada ekspor bahan mentah yang semakin besar juga melahirkan resiko serius bagi kesehatan neraca perdagangan, karena akan menjadi semakin rentan terhadap fluktuasi harga komoditas.

Sebagai tenaga penggerak pembangunan, pengusaha muda mempunyai peranan penting dan strategis. Di tangan pengusa muda inilah semestinya proses penciptaan nilai tambah berbagai produk dalam negeri akan berbuah lebih cepat. Nilai tambah yang semakin tinggi tentunya dapat meningkatkan daya saing sebuah Bangsa.

Jika para pengusaha muda Indonesia tidak mempersiapkan diri untuk meningkatkan kapasitas daya saing maka kesempatan itu akan diisi oleh pelaku usaha ataupun perusahaan asing yang siap beroperasi dan memanfaatkan kekayaan sumber daya Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement