Senin 23 May 2016 17:12 WIB

Indonesia di Tengah Krisis Wirausaha

Red: M Akbar
anggawira HIPMI.jpg
Foto:

Potret kuantitatif mempelihatkan bahwa Indonesia masih krisis wirausaha. Pengusaha di Indonesia hanya berjumlah 1,5 persen dari total penduduk. Angka ini tergolong sangat rendah dan jauh di bawah negara-negara ASEAN seperti Singapura yang memiliki indeks 7 persen, Malaysia 5 persen, dan Thailand 4,5 persen.

Fokus pada sumber daya manusia dengan mendorong tumbuhnya enterpreneur baru guna menggerakkan perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan merupakan langkah yang sangat tepat. Schumpeter dalam bukunya The Theory of Economic Development melihat dalam menggerakkan ekonomi terdapat dua cara. Pertama, meningkatkan jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi dan kedua, melakukan inovasi atau perbaikan kualitatif dari faktor produksi yang telah ada.

Pengembangan yang dilakukan dengan berfokus pada SDM akan meningkatkan kedua hal tersebut yaitu bertambahnya jumlah faktor produksi dengan munculnya enterpreneur baru dengan unit usahanya serta munculnya inovasi yang merupakan jiwa dari enterpreneur itu sendiri.

Presiden pertama RI, Ir. Soekarno pernah mengatakan:"een natie van koelias en een koelie onder de naties," - bangsa yang tidak berdaya saing adalah bangsa kuli dan kulinya bangsa lain. Negara dengan daya saing rendah bukan hanya akan mengalami defisit neraca perdagangan, tetapi juga akan menyaksikan kehancuran di segala sektor ekonomi domestik.

Bila kondisi semacam ini berlanjut maka akan terjadi proses pemiskinan di negara tak berdaya saing tersebut. Bahkan akan terancam bangkrut atau dengan istilah lain a failed state. Kondisi inilah yang diinginkan oleh negara-negara kapitalis dan korporasi multinasional arsitek globalisasi (Stiglitz, 2001; Perkins, 2005). Sebaliknya, bangsa-bangsa di negara yang telah maju, makmur dan sejahtera akan terus menguasai dan menerapkan IPTEK dan segenap kiprah kehidupannya, terutama di bidang industri.

Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa hingga Taiwan menjadi maju terutama karena mereka menjadikan IPTEK sebagai soko guru kemajuan bangsanya. Pertumbuhan produktivitas negara-negara maju berasal dari kemajuan teknologi dan sumber daya manusianya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement