Senin 23 May 2016 06:16 WIB

Ibu Aisyah dan Keluarga Sekarang

Red: M Akbar
Keluarga berencana/ilustrasi
Foto:

Barangkali patut tanya dalam diri: sudahkah kita berakidah? Sudahkah beriman? Kemana hasil ibadah kita? Apakah ibadah kita rutinitas belaka? Hasil ibadah adalah kehebatan akidah, ketenangan jiwa dan bagusnya akhlak. Bukan banyaknya ibadah. Tapi sepertinya ibadah kita tak punya bekas, jiwa tetap hampa, atau malah menganggap diri ahli ibadah tetapi tak peduli pada saudara atau tetangga yang hidupnya susah.

Lupa ibadah sosialnya. Tutup mata terhadap kesulitan sekitarnya.  Lupa jika setiap orang selalu bisa disesatkan iblis. Entah alim atau tidak, pintar bodoh, kaya miskin, bahkan ulama sekalipun. Kecuali, orang-orang yang ihklas beramal dan ikhlas menerima segala takdir Nya.

Iblis mengaku pada Rasulullah. Pengakuan iblis, "Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan serta hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku."

Ya Allah jauhilah kami dari godaan iblis. Ampuni kami yang telah tergiur rayuannya.

Ya Allah, lewat Ibu Aisyah, Kau menampar kami tentang makna kehidupan dan praktik beragama yang sesungguhnya. Ampuni kami yang merasa sudah beribadah, tapi tauhid/ akidah kami tercecer-cecer di tempat antah berantah.

Tidak sempurna iman seseorang sebelum Allah dan Rasul dicintainya melebihi kecintaannya terhadap apapun. Maka mereka tidak lagi memiliki ketakutan dan kegelisihan, apalagi sekadar takut lapar serta miskin. Ketakutan, kecintaan, sekaligus harapannya hanya pada Allah.

Terima kasih, Ibu Aisyah. Engkau ajarkan kami praktik berakidah, praktik berakhlakul kharimah, tanpa sekalipun pernah mengaku-ngaku sebagai ahli ibadah. Tanpa harus mengklaim diri sebagai umat yang kembali ke Quran dan Sunnah. Islammu bukan Islam slogan tapi benar-benar Islam yang dijadikan jalan kehidupan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement