Kamis 19 May 2016 07:06 WIB

Beredar Video Anak Indonesia Menjadi Prajurit ISIS, Ini Kata Pakar

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Ilham
Seorang anak Indonesia sedang berlatih menembak dalam cuplikan video Beredar Video Anak Indonesia Menjadi Prajurit ISIS di Youtube
Seorang anak Indonesia sedang berlatih menembak dalam cuplikan video Beredar Video Anak Indonesia Menjadi Prajurit ISIS di Youtube

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah video latihan perang ISIS berdurasi 20 menit beredar viral di sosial media. Uniknya, peserta latihan itu adalah anak-anak Indonesia yang berbahasa Indonesia.

Dalam video itu juga ditunjukkan adegan pembakaran paspor Indonesia oleh anak kecil usia 8 tahunan. “Kalau melihat kualitasnya, video itu pasti dibuat di Suriah,” kata pengamat intelijen dan terorisme Universitas Indonesia (UI), Ridlwan Habib di Jakarta, Rabu (18/5) malam.

Dalam video itu, anak-anak Indonesia berlatih beladiri dan menembak dengan senapan asli AK 47. Ada juga sosok Abu Faiz al Indunesy yang di Suriah menjadi seorang sniper atau penembak jitu. Menurut Ridlwan, hal ini bisa menjadi masalah serius di masa depan.

Dalam video itu, dia hitung ada 23 anak-anak usia 8 hingga belasan tahun. Bayangkan dalam 3 tahun ke depan mereka sudah dewasa dan pulang ke Indonesia.

Latihan ISIS untuk anak-anak, kata dia, memang tidak hanya dilakukan oleh anggota dari Indonesia. “Tapi melihat begitu banyaknya anak-anak Indonesia yang sudah berhasil masuk ke Suriah, ini harus jadi evaluasi serius pihak Imigrasi,” kata dia.

Alumnus S2 Kajian Intelijen UI itu menyebut dalam video diajarkan ideologi memerangi pemerintah dan aparat. Bahkan anak-anak kecil sudah terang-terangan menantang aparat keamanan Indonesia. “Adik-adik itu adalah korban dari orang tuanya yang memang sudah mantap bergabung ke ISIS,” kata Ridlwan.

Menurut dia, pemerintah mempunyai dua alternatif. Pertama, melakukan blokade total atau cekal bagi anggota ISIS asal Indonesia yang hendak pulang dari Suriah. Mereka tidak boleh masuk lagi ke Indonesia, atau mereka harus diawasi dengan sangat ketat. Yang kedua, dilakukan penjemputan terhadap anak-anak kecil yang sekarang berada di Suriah.

Dia menegaskan, anak-anak masih dalam perlindungan negara. Mereka bisa saja diambil dari orang tuanya jika tidak mau bersama-sama pulang ke Indonesia. Opsi kedua itu membutuhkan perencanaan matang dan sumber daya yang luar biasa. “Setidaknya harus ada beberapa skenario penjemputan, termasuk pengerahan pesawat militer dan kapal perang sebagai sarana transportasinya,” ujar Ridlwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement