Rabu 11 May 2016 12:52 WIB

Ahok Ingin Kasus Sumber Waras Cepat Selesai, Ini Alasannya

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
 Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berharap kasus dugaan korupsi pengadaan lahan RS Sumber Waras dapat selesai secepatnya. Sebab ia ingin segera membangun rumah sakit khusus kanker di lahan itu.

Pria yang akrab disapa Ahok tersebut menyatakan sampai saat ini penderita kanker bisa secara khusus dirawat di RS Dharmais. Ia menilai kehadiran RS kanker yang jumlahnya amat terbatas di Indonesia malah memperlambat proses penyembuhan pasien kanker. Sebab penderita kanker harus mengantre lama agar memperoleh penanganan.

"Makanya saya bangun (RS Kanker) di Sumber Waras, termasuk di Pasar Minggu supaya orang-orang Indonesia yang lain yang datang berobat kanker di Dharmais tempatnya tidak dipakai oleh orang Jakarta. Sekarang kan ngantre dua bulan tiga bulan, jadi gimana? Ya saya kepaksa bangun, " katanya kepada wartawan di Balai Kota, Rabu (11/5).

Ia pun berharap proses penyelidikan KPK terhadap adanya potensi korupsi dalam pembelian lahan bisa segera selesai. Menurutnya, semakin cepat proses hukum selesai maka pembangunan rumah sakit Kanker Sumber Waras dapat makin cepat dimulai. Efeknya, para penderita kanker semakin cepat tertangani.

"Saya harap KPK bisa cepat memutuskan penyidikan ini. Karena sumber waras ini gantung ini, kamu dapat tanah dimana yang tiga koma sekian hektar di tengah kota dekat dharmais? Itu yang saya bilang, gitu loh," ujarnya.

Baca juga, Ini Kata Ahok Soal Dugaan Korupsi Sumber Waras.

Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Profesor Soehartati Gondhowiardjo sempat mengatakan sulit mengetahui jumlah pasti penderita kanker di Indonesia. Tetapi berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2012, prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1.000 orang.

Padahal data sebelumnya menyebutkan prevalensinya 1 banding 1.000 orang. Kenaikan prevalensi kanker di Indonesia menjadi masalah bagi pengobatan. Soehartati mengatakan, pusat pengobatan kanker di Indonesia baru dapat melayani 15 persen penderita kanker.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement