Sabtu 07 May 2016 00:00 WIB

Menghadirkan Politik Budaya Indonesia di Prambanan Jazz

Red: M Akbar
Anas Syahrul Alimi
Foto: Facebook
Anas Syahrul Alimi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Anas Syahrul Alimi (Founder Prambanan Jazz dan CEO Rajawali Indonesia Communication)

Pada 20 dan 21 Agustus 2016 nanti terhelat gelaran tahun kedua Prambanan Jazz: International Music Festival. Gelaran pertama diadakan pada Oktober 2015 dengan menghadirkan saxophonis dunia Kenny G. Prambanan Jazz. Bersyukur, debutan gelaran ini menulai sukses, memikat sekitar 5000 penonton dari target 2500 penonton.

Prambanan Jazz adalah event yang menggabungkan 2 mahakarya sekaligus. Mahakarya Candi Prambanan dan mahakarya musik dunia. Candi Prambanan merupakan karya jenius produk budaya asli negeri ini yang telah diakui dunia. Penggabungan keduanya tentunya bernilai strategis menjadi alat diplomasi bahwa Indonesia mempunyai local genius yang mendunia.

Prambanan Jazz akan hadir setiap tahun di Candi Prambanan. Dalam festival musik ini akan selalu menghadirkan mahakarya musisi-musisi dunia dan musisi-musisi negeri sendiri. Event ini akan menjadi alternatif konser yang memiliki muatan budaya lokal dan global. Sesungguhnya, Prambanan Jazz ini menjadi perayaan event kebudayaan dan alat diplomasi budaya di kancah internasional.

Diplomasi Budaya

Harus kita akui basis kebudayaan di Indonesia telah lama mengalami penggerusan secara masif. Budaya lokal kita makin tenggelam seiring dengan pergeseran generasi. Untuk mengangkat daya saing budaya, kita butuh strategi diplomasi budaya.

Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi sekaligus migrasi global, politik diplomasi juga tidak hanya berlangsung pada level Goverment to Goverment.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement