REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Aksi peringatan hari buruh internasional di Kota Medan diwarnai kericuhan. Kericuhan terjadi karena adanya bentrok antara sesama organisasi buruh. Hal ini berawal saat massa yang tergabung dalam Aliansi Buruh Bersatu Menggugat (ABBM) mendatangi gedung olahraga (GOR) di Jl Sutomo, Medan.
Di dalam GOR tersebut, organisasi buruh yang tergabung dalam Gabungan Serikat Buruh/Serikat Pekerja Indonesia (GAPBSI) Kota Medan juga sedang berkumpul. Mereka mengadakan acara perayaan May Day dengan mengundang sejumlah pejabat, seperti Wali Kota Medan Tengku Dzulmi Eldin, Anggota DPD RI Parlindungan Purba, Kapolresta Medan Kombes Mardiaz Kusin Dwihananto, dan Dandim 0201 BS Medan Kolonel Inf Maulana Ridwan.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id di depan GOR, massa ABBM sempat melakukan orasi. Namun, hal tersebut segera berhenti tatkala massa GAPBSI ke luar gedung dan mendatangi massa ABBM.
Adu mulut pun tidak dapat dihindari. Kedua massa kemudian terlibat aksi saling dorong dan lempar botol air mineral. Seorang ibu dari kubu ABBM pingsan dalam insiden ini dan langsung dilarikan ke rumah sakit.
Meski sempat dipisah oleh polisi, elemen dari ABBM tidak terima mereka dibubarkan. Mereka pun tetap bertahan di lokasi.
Akhirnya, polisi kembali membubarkan massa. Aksi saling kejar pun tak terelakkan. Sebanyak 24 orang yang dianggap provokator diringkus polisi dan langsung diangkut ke Mapolresta Medan.
Juru bicara ABBM Syafrudin Ali mengatakan, sebenarnya, tuntutan yang mereka sampaikan sama dengan massa buruh yang ada di dalam GOR. Hanya saja, lanjutnya, cara yang digunakan berbeda. "Kami hormati langkah yang dilakukan mereka tapi kami menyesalkan mereka tidak hormati yang kami lakukan," kata Syafrudin di lokasi, Ahad (1/5).
Syafrudin mengatakan, hak buruh yang mereka perjuangkan sama dengan yang diperjuangkan oleh GAPBSI. Beberapa di antaranya, yakni pencabutan PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dan penghapusan outsourcing, sistem kerja kontrak dan harian lepas.
Sementara itu, salah satu massa ABBM Ahmad Iqbal mengatakan, apa yang dilakukan para buruh GAPBSI telah mengganggu kebebasan mereka sendiri. "Mereka mengandangkan buruh, dikoyakkan di dalam sana. Kami dari serikat buruh memperjuangkan terus hak kami. Kami kecewa dengan buruh di dalam," kata Iqbal.
Iqbal mengatakan, pihaknya tidak pernah diberitahu mengenai adanya acara perayaan di GOR tersebut. Aksi yang digelar secara mendadak di depan GOR itu pun, lanjutnya, sebagai bentuk bahwa mereka tidak dianggap. "Pemerintah mengotak-ngotakkan serikat buruh. Kami tidak dianggap padahal terdaftar. Kami sampaikan aspirasi bahwa kami juga ada, bukan cuma yang ada di dalam," ujarnya.