Senin 25 Apr 2016 15:42 WIB
Kontroversi Ahok

Pengamat: Wajar Jika Ahok Jadi Musuh Bersama di Pilgub DKI

Rep: Amri Amirullah/ Red: Ilham
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok)
Foto: Antara/Reno Esnir
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Indonesia, Maswadi Rauf menilai tidak ada yang istimewa kalau Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi musuh bersama di Pilkada DKI 2017 mendatang. Bagi dia, itu adalah konsekuensi dari pejawat (petahana) bila menjadi musuh bersama dari beberapa calon kepala daerah.

"Itu konsekuen melawan sejumlah tokoh, apalagi enggan bergabung dengan partai dan tetap memilih jalur perseorangan," kata Maswadi kepada Republika.co.id, Senin (25/4).

Jadi menurut dia, sah sah saja, jika Ahok menjadi musuh bersama. Faktanya memang sebagian besar partai tidak suka dengan cara komunikasi Ahok. Apalagi Ahok menegaskan tetap pada jalur perseorangan dan menutup pintu dirinya dari pengusungan partai.

Walaupun ada beberapa partai tetap memilih mendukung Ahok, menurut dia, itu hal lain. Tapi faktanya, Ahok harus menerima konsekuensi jadi musuh bersama karena dianggap masih paling tinggi popularitasnya. Jadi, dengan perseorangan dan popularitas Ahok, musuh bersama itu pasti akan terjadi.

Selain itu, di banyak Pilkada pejawat menjadi musuh bersama juga bukan hal yang aneh, dan biasa terjadi. Saat ini yang paling penting adalah calon dari partai. Mereka yang diusung dari partai politik harus benar-benar bisa merekrut calon gubernur DKI Jakarta yang berkualitas. Memiliki karakter yang cukup kuat dan sekaligus populer di mata masyarakat DKI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement