Jumat 22 Apr 2016 00:34 WIB

Pesan Cemas Keluarga Sandera Abu Sayyaf untuk Jokowi

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ilham
Jokowi
Foto: setkab.go.id
Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Belasan warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban penyanderaan kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina. Pekan lalu, seorang warga Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Dede Irfan Hilmi (25 tahun) menjadi korban penculikan kelompok militan tersebut.

Keluarga korban pun berharap besar kepada pemerintah agar segera membebaskan korban-korban penyanderaan.

Ayah Dede, Ono Suharno (47) mengatakan, dirinya mendapatkan informasi dari PT Global Trans Energy, perusahaan tempat anaknya berkerja, tentang pristiwa penculikan putranya pada Sabtu (16/4). Setelah mendapat informasi tersebut, Ono langsung lemas. Hingga kini, dia tak pernah berhenti memikirkan nasib sang anak di dalam kurungan militan.

"Pesan saya kepada Pak Jokowi, kepada Menteri Luar Negeri bisa melobi untuk bisa terutama bisa kerja sama bersama Filipina untuk membebaskan para orang-orang yang disandera itu," kata Ono kepada Republika.co.id, Kamis (21/4).

Berdasarkan informasi dari PT Gelobal Trans Energy, kapal yang sedang ditumpangi Dede dibajak kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina. Putranya kemudian digiring ke tempat kelompok tersebut sebagai sandera.

Ono juga mengaku sudah dihubungi oleh TNI. Sama, prajurit itu menginformasikan pristiwa penculikan putranya. Dengan penuh harap, ia meminta TNI secepatnya bisa membebaskan orang-orang yang menjadi korban penyanderaan.

"Informasinya sedang diusahakan TNI, cuma dari pihak Filipina belum ada izin untuk TNI ini masuk ke sana," ujar Ono.

Ono mengaku setiap hari dirinya diselimuti rasa cemas. Sebab, pikirannya selalu mengingat nasib anaknya yang kini menjadi tawanan kelompok militan. Dikatakan Ono, sampai hari ini belum ada kepastian kapan anaknya bisa dibebaskan.

"Kapan anak saya bisa bertemu kembali bersama saya, bersama keluarga tercinta di sini," ujarnya.

Ono mengungkapkan, dirinya sangat berharap besar kepada Pemerintah Indonesia agar lebih serius menanggapi masalah penculikan WNI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement