Kamis 21 Apr 2016 00:39 WIB

Hari Kartini untuk 'Manusia Perahu' di Pasar Ikan

Rep: C21/ Red: Ilham
 Aktifitas warga korban penggusuran Pasar Ikan bertahan di atas perahu, Jakarta, Rabu (13/4). (Republika/Raisan Al Farisi)
Aktifitas warga korban penggusuran Pasar Ikan bertahan di atas perahu, Jakarta, Rabu (13/4). (Republika/Raisan Al Farisi)

Sejak pembongkaran pada hari Senin (11/4) lalu, memang dirinya harus tinggal di lokasi pembongkaran. Sedangkan untuk mencari nafkah dirinya hanya mengandalkan jualan nasi uduk. Sehingga selama sepuluh hari ke belakang dialah yang mencari nafkah.

Setiap hari, Supinah sudah harus bersiap-siap menyiapkan bumbu nasi uduk pada pukul 02.30 WIB. Usai menunaikan shalat subuh, dia mulai berjalan menjajakan nasi uduknya. "Setiap hari saya berjalan di sekitaran Pelabuhan Sunda Kelapa dari pukul 06.00 - 09.00 WIB. "Biasanya habis nasi uduk sebanyak lima liter," katanya.

Supinah masih sedih karena harus hidup di atas perahu. Dia dan keluarganya diusir begitu saja oleh pemerintah saat membongkar rumah mereka. Pernah dirinya merasakan bangunan rumahnya ludes terbakar, namun untuknya hal tersebut tak masalah. Tetapi pembongkaran rumah kali ini membuat dia merasa bukan lagi sebagai warga negara Indonesia.

Walaupun hidup di perahu, Supinah tak pernah meninggalkan shalat lima waktu. Dia juga memenuhi semua kebutuhan dirinya seperti mandi di perahu. "Biasanya kalau mandi di pojokan perahu, itupun kalau malam," katanya.

Hari kartini yang jatuh pada Kamis (21/4) esok, terasa berbeda dan tak akan ada lagi anak-anak yang memakai pakaian daerah. Namun harapan Supinah sekarang adalah semangat Kartini bisa terus berkobar dalam jiwanya sehingga bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi orang sukses.

"Kalau anak biasanya memakai pakaian adat Bugis di sekolah, mengikuti orangtua laki-laki," kata wanita asal Purworejo itu.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement