REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak hanya 'manusia perahu' yang menghiasi Kawasan Pasar Ikan atau Kampung Aquarium, RW4, Penjaringan, Jakarta Utara. Sekarang muncul 'manusia puing bangunan' tepat di tempat yang dihancurkan pemerintah provinsi (Pemprov) DKI.
Seorang warga RW4/RT1, Abdul Mu'in (52 tahun) mengatakan, semenjak pembongkaran ratusan rumah di Kampung Aquarium, dirinya tetap bertahan di lokasi. "Saya buruh lepas di Muara Baru," kata dia seolah merasakan pahitnya Ibu Kota Jakarta, Rabu (20/4).
Abdul menuturkan, kesehariannya memang menjadi kuli panggul, baik buah-buahan ataupun ikan hasil tangkapan. Tempat tinggalnya sekarang begitu memperihatinkan, tak sama seperti para nelayan yang memiliki perahu tradisional. Dia tinggal di bangunan triplek seukuran orang duduk yang pas untuk dua orang tidur.
Di gelap dan dinginnya malam, dirinya harus merasakan hidup di pinggiran puing-puing bangunan. Kata Abdul, pekerjaannya mencari nafkah sangat berbeda dengan buruh pabrikan. Karena sehari bisa mendapatkan uang, sementara di hari yang lain tak juga menghasilkan apa-apa.
"Pemerintah harus melihat, situasinya tidak masuk akal," kata dia. "Masa nelayan di suruh tinggal jauh dari laut."
Dengan hunian berupa bekas triplek rasanya sangat menyiksa ketika hujan tak hentinya mengguyur lokasi pembongkaran. Jadi terpaksa hujan harus berbasah-basahan di ruang terbuka.
Abdul memiliki tiga orang anak, namun kedunya diungsikan ke rumah saudara karena masih sekolah. Rasa sedih juga menyelimutinya, karena selama pembongkaran tidak ada bantuan sama sekali. Malahan bantuan hanya berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi Islam.