Kamis 07 Apr 2016 13:52 WIB

Pembantaian Penyu Masih Terjadi di Pulau Derawan

Rep: Christiyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
 Empat ekor Tukik Penyu Hijau atau Chelonia Mydas yang berumur satu hari berjalan kearah laut saat pelepasan di konservasi Penyu Hijau Pangumbahan, Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Foto: Antara
Empat ekor Tukik Penyu Hijau atau Chelonia Mydas yang berumur satu hari berjalan kearah laut saat pelepasan di konservasi Penyu Hijau Pangumbahan, Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BERAU -- Perburuan satwa langka penyu hijau (Chelonia mydas) masih terjadi di Pulau Derawan. Perairan Kabupaten Berau memang dikenal sebagai habitat penting penyu hijau terbesar di Indonesia dan terbesar nomor 8 di dunia. Maka tak heran penyu hijau dan telurnya menjadi sasaran empuk para pemburu.

Bukti pembunuhan penyu hijau untuk diambil dagingnya terungkap ketika tim Protection of Forest & Fauna (PROFAUNA) Borneo dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Berau melakukan pengecekan di lapangan pada 29 Maret 2016 silam.

Temuan pembunuhan penyu itu berawal dari patroli petugas Badan Lingkungan Hidup (BLH). Dari hasil patroli ditemukan barang bukti berupa delapan butir telur penyu, gumpalan darah, sebilah pisau dapur, dan sandal. Gumpalan darah itu adalah isi perut dari penyu hijau. Kuat dugaan bahwa baru saja terjadi pembunuhan penyu yang kemudian pelaku buru-buru kabur ketika melihat tim BLH.

Temuan itu kemudian dilaporkan ke DKP Kabupaten Berau yang segera melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). DKP segera melakukan koordinasi dengan aparat-aparat terkait untuk mencari sisa bangkai penyu.

“Temuan telur penyu dan bagian perut penyu yang dibunuh itu menguatkan dugaan bahwa perburuan penyu masih marak terjadi di Pulau Derawan”, kata Bayu Sandi, koordinator PROFAUNA Borneo dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Kamis (7/4).

Merespons temuan pembunuhan penyu itu, tim PROFAUNA bersama kelompok pemuda Duta Bahari melakukan penyisiran pantai di pulau Derawan pada 30 Maret 2016. Hasilnya, tim menemukan belasan butir telur penyu yang berada di dasar air. Diduga telur-telur itu hasil pencurian yang tercecer.

Berdasarkan pantauan PROFAUNA Borneo di lapangan,daging penyu paling banyak dimanfaatkan pada malam natal, malam tahun baru, dan imlek. Sebagian masyarakat Berau memanfaatkan daging penyu sebagai makanan ringan sembari  minum minuman beralkohol atau sekedar dimasak rica-rica untuk menyambut perayaan hari-hari besar tertentu.

Dalam pertemuan Forum Koordinasi Konservasi Keanekeragaman Hayati Perairan (FKKKHP) pada akhir Maret lalu, Bupati Kabupaten Berau Muharram berharap semua pihak bekerja keras untuk menjaga pelestarian keanekaragaman hayati di Kabupaten Berau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement