REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDI Perjuangan melakukan pendidikan politik dan kaderisasi secara intensif guna membentuk kekuatan politik yang ideologis, militan, dan fungsional di tengah masyarakat, serta mampu menjadi inspirasi bagi pergerakan masyarakat.
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan hal itu dalam pidatonya ketika membuka 'Pelatihan Manager Kampanye Pilkada Serentak 2017' di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Selasa (5/4). Pelatihan diikuti 117 peserta dan berlangsung di Jakarta, pada 5-7 April 2016.
Menurut Hasto, peran partai politik saat ini menjadi sorotan masyarakat luas, karena dinilai tidak memiliki daya kreatif untuk membangun iklim politik yang positif bagi rakyat banyak. PDI Perjuangan, kata Hasto, melalui sekolah politik termasuk pelatihan manager ini, kata dia, menjawab kritikan masyarakat, yang dinilai sebagai bentuk kegelisahan rakyat.
"Melalui kritik inilah, PDI Perjuangan melakukan otokritik untuk terus memperbaiki diri. Karena, PDI Perjuangan lahir dari kekerasan sejarah, dari perjuangan untuk menegakkan api cinta pada negara," katanya.
Hasto menegaskan, PDI Perjuangan adalah partai yang berdiri sendirian melawan kekuasaan orde baru. Menurut Hasto, PDI Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri, tercatat sebagai peletak dasar demokrasi dalam peralihan dari orde baru ke reformasi.
"Sejarah mencatat bagaimana pemerintah orde baru mengekang demokrasi, sehingga memunculkan kekuatan arus bawah yang tak terbendung," katanya.