REPUBLIKA.CO.ID, POSO -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan sedang melakukan penyusunan konsep deradikalisasi di Poso.
"Untuk program deradikalisasi, sejauh ini masih dalam tahap menyusun konsep dengan melakukan membuat pemetaan sebagai langkah awal," katanya, Ahad (3/4).
Kata dia, keberadaan kelompok Santoso alias Abu Wardah perlu di waspadai. Karena mereka merupakan simbol perlawanan dari kelompok-kelompok radikal saat ini yang ada di kabupaten Poso dan sekitarnya.
"Siapa saja jaringan individu, nanti kita pelajari apa motifnya semua ini. Karena tidak semuanya harus dari motif ideologi, ritual ideology maupun spiritual ideology. Tetapi bisa saja mungkin dari faktor ekonomi," ungkapnya.
Kedepan jika sudah ditentukan pihak BNPT, pihaknya akan melakukan langkah sesuai dengan motif itu. Selain itu, perlu juga di siapkan psikolog dan jika motifnya ekonomi dan material harus ada kerja sama dengan pemerintah pusat.
Tito mengakui yang menjadi kendala lambatnya tertangkap kelompok Santoso adalah medan yang cukup sulit. Apalagi sejarahnya pada akhir 2006 hingga 2007, kelompok ini bermain di kota, sehingga aparat masih melakukan penangkapan.
Namun, seiring waktu, kondisi sudah berubah. Mereka bermain di dalam hutan yang harus melewati pegunungan, sehingga perlu waktu yang tepat untuk menangkap Santoso cs.
Menurut Tito, kondisi kelompok Santoso cs ini sudah jauh melemah dan jumlah anggota serta senjata sudah mulai berkurang. Terlebih pasokan logistik dan akses senjata sudah terhenti total, dengan dilakukannya pos-pos pemeriksaan di beberapa titik pintu keluar masuk pegunungan di wilayah Poso dan sekitarnya.
"Saya sangat optimis dan tinggal menunggu waktu saja, serta keseriusan anggota di lapangan kasus ini bisa secepatnya terungkap dan selesai, Insya Allah," harapnya.