SLEMAN -- Penurunan harga BBM ditarget berdampak pada berbagai hal, termasuk terhadap tarif angkutan umum. Terkait hal ini, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sleman, Juriyanto menuturkan, pihaknya akan menghitung kemungkinan perubahan tarif angkutan.
"Ini sedang kami hitung-hitung. Rencananya kalau sudah ada hasil akan dirapatkan. Nanti kita koordinasi dengan Dinas Perhubungan," katanya, Ahad (3/4). Juriyanto menyampaikan, sebetulnya penurunan harga BBM yang hanya Rp 500 tidak berdampak signifikan terhadap biaya operasional angkutan karena harga sparepart masih mahal. Misalnya untuk oli, harganya berkisar antara Rp 35 sampai Rp 40 ribu per liter. Sedangkan harga ban 750 ukuran ring 16 sekitar Rp 1,2 juta. Meskipun pemerintah menurunkan nilai jual BBM selama tiga bulan sekali, harga sparepart tidak ikut turun.
Namun begitu, menurut Juriyanto, bukan hal yang tidak mungkin organda menurunkan tarif angkutan. Sebab perubahan BBM layak menjadi komponen perubahan tarif yang harus diperhatikan. "Seperti tiga bulan lalu, karena tarif BBM turun, kita juga menurunkan tarif angkutan tiga persen untuk AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi), dan dua persen untuk angkudes (angkutan pedesaan)" ujarnya.
Ia mengemukakan, pada dasarnya Organda siap menyesuaikan kebijakan angkutan dengan kebijakan pemerintah. Termasuk jika ada penurunan BBM di beberapa bulan ke depan. Sementara mengenai besaran penurunan tarif, Juriyanto memperkirakan, angkanya sudah dapat dipastikan pekan depan.
Sementara itu, beberapa pengelola angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) merasa keberatan untuk menurunkan tarif angkutan. Karena penurunan harga BBM tidak diikuti dengan penurunan suku cadang. Apalagi untuk bus malam dengan tujuan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Sumatera harus melewati tol yang tarifnya terus naik.
"PP dari Yogyakarta-Jakarta-Yogyakarta setidaknya habis Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu. Itu baru tarif tol. Belum untuk kebutuhan yang lain,” kata salah satu pengelola agen bus malam di Terminal Jombor, Rusli (28 tahun). Meski demikian, ia masih menunggu keputusan dari perusahaan. Namun ia menduga, kemungkinan besar tarif angkutan AKAP tidak turun.
Baca juga: Penurunan Tarif Angkutan Umum di Sukabumi Minim Sosialisasi