Sabtu 02 Apr 2016 17:53 WIB

Operasi Pembebasan 10 WNI Diserahkan ke Filipina

Red: Ilham
Panglima TNI Gatot Nurtmantyo
Panglima TNI Gatot Nurtmantyo

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta penanganan 10 anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang disandera kelompok Teroris Abu Sayyaf di Filipina sepenuhnya dipercayakan kepada pemerintah.

"Kami berharap kepada pihak keluarga untuk berdoa dan bersabar, percayakan pada pemerintah," kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam kunjungannya ke Lombok Tengah, Sabtu (2/4).

Menurut informasi yang diperoleh dari intelijen Filipina, seluruh korban sandera hingga kini masih dalam keadaan sehat. "Kondisinya masih sehat dan berada di Filipina, itu kabar yang didapat dari Intelijen Filipina," katanya.

Terkait dengan upaya penyelamatan, Pemerintah Indonesia masih belum mendapat izin untuk melakukan operasi penyelamatan di Filipina. Pemerintah Indonesia diminta untuk mempercayakan persoalan ini kepada pemerintah Filipina.

"Mereka berjanji dengan berbagai cara untuk membebaskan para sandera. Untuk itu kita harus yakin dengan niat baik dari Pemerintah Filipina," ucapnya.

Untuk itu, kata dia, pihak TNI dalam hal ini yang menangani masalah pertahanan dan keamanan negara di Indonesia hanya mampu menunggu kabar dari Menteri Luar Negeri RI. Gatot menegaskan, dalam persoalan ini sikap saling menghormati dan menghargai harus tetap dijunjung tinggi.

"Sama saja kalau ada pembajakan di negara kita, negara lain tidak boleh masuk tanpa seizin pemerintah kita. Kita juga sama, harus saling menghargai, karena itu teritori dari negara mereka," kata pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD itu.

Sepuluh WNI yang merupakan ABK dari kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 dibajak di sekitar perairan Filipina pada 26 Maret 2016. Penyanderaan dua kapal berbendera Indonesia yang mengangkut tujuh ribu ton batu bara itu terjadi saat dalam perjalanan dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan.

Kondisi terakhir, kapal tunda Brahma 12 telah dilepaskan dan sudah berada di bawah penanganan Pemerintah Filipina. Sedangkan, untuk kapal Anand 12 yang diketahui masih terdapat 10 ABK itu masih di bawah kendali kelompok teroris Abu Sayyaf.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement