REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengimbau kepada seluruh peternak di Jabar untuk memusnahkan sisa hewan unggas yang masih hidup di kandang bekas unggas yang mati mendadak.
Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat Dody Firman Nugraha menjelaskan, dari semua unggas yang mati di suatu kandang, tentu masih ada yang hidup. Menurut dia, unggas yang seperti itu sebaiknya langsung dimusnahkan agar tidak menyebarkan virus flu burung.
"Dalam satu kelompok itu bisa saja ada unggas yang enggak mati, sebaiknya dibuang saja, dimusnahkan, karena khawatir membawa virus," tutur dia, Senin (28/3).
Walaupun, Dody mengakui, virus tersebut bisa mati asal dengan pemanasan yang sempurna. "Karena itu bisa jadi pembawa virus yang berpotensi menyebarkan ke hewan ternak yang lain," kata dia.
Terlebih, lanjut Dody, virus tersebut sebetulnya tidak ada obatnya. Karena itu, pemusnahan menjadi jalan yang terbaik agar tidak menyebar. "Bagi daerah yang terkena sudah saja dimusnahkan karena yang namanya virus itu enggak ada obatnya," ujar dia.
Potensi menyebarnya virus tersebut bisa saja terjadi. Namun, itu kembali lagi pada para peternak. Supaya tidak menyebar, para peternak harus intensif melakukan vaksinasi dan mengawasi terus ternak unggasnya. Selain itu, unggas yang telah mati juga harus segera dikubur agar tidak menyebar lewat air dan udara. "Kalau enggak dikubur khawatir jadi menyebar ke air atau udara," kata dia.
Saat ini, pihaknya sudah memberikan edaran kepada seluruh kabupaten untuk mengantisipasi dan mewaspadai serta menindaklanjuti persoalan tersebut. "Kepada daerah yang enggak terkena sebaiknya segera diberikan vaksin, begitu juga yang sudah terkena," ucap dia.
Seperti diketahui, berdasarkan data terbaru hingga hari ini sudah ada 17.996 ekor unggas di Jawa Barat yang mati. Total ini menyebar di sembilan daerah di Jabar. Di antaranya, Bekasi, Indramayu, Kota Tasikmalaya, Kuningan, Majalengka, Purwakarta, Subang, dan Sukabumi.
Rincian unggas yang mati mendadak, yaitu ayam kampung sebanyak 824 ekor, itik 729 ekor, entog 1.413 ekor, ayam petelur 9.000 ekor, puyuh 6.027 ekor, dan tiga ekor kalkun. "Ada 46 kasus, keberadannya ini di 33 kecamatan di 38 desa," kata dia.