REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Yusuf Mansur memberikan solusi bagi pengelolaan anggaran dan penambahan sumber pendapatan bagi DKI Jakarta. Solusi besar yang ditawarkan bagi permasalahan anggaran DKI Jakarta adalah Jakarta Digital yang terinspirasi dari program Paytren yang telah ia jalankan.
"Ini berdasarkan ilmu dan pengalaman yang telah saya lakukan melalui Paytren, tinggal diperbesar untuk Jakarta," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (27/3). (Baca: Ustaz Yusuf Mansur Siapkan Hadiah Buat Jakarta).
Pengalaman Paytren itu berawal dari pertanyaan sederhana Ustaz Yusuf Mansyur. Misalkan, warga punya saldo di ATM Rp 300 ribu, jumlah itu tidak bisa diambil semua karena ada biaya administrasi, yang bila dicek saldo tinggal Rp 280 ribu. Dari pengalaman itulah, Paytren muncul dengan transaksi clickers Payment Gateway melalui e-commerce yang tidak ada biaya administrasi.
"Saya punya perusahaan digital dan online payment gateway, namanya Paytren. Kalau saya gratiskan semua biaya administrasi, itu sudah superhemat bagi masyarakat Jakarta," katanya. Sebab, kata dia, sebenarnya biaya administrasi sehari-hari masyarakat Jakarta, mulai pembayaran PLN hingga urusan-urusan sehari-hari, besarannya bisa puluhan ribu rupiah.
Melalui Program Jakarta Digital, sang ustaz menawarkan dalam aplikasi digital, maka ini akan memudahkan warga Jakarta dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, seperti bayar listrik, air PAM, Telkom, dan bayar pulsa. Sekaligus cara ini memperbaiki pengelolaan keuangan dan menambah sumber pendapatan DKI Jakarta.
Jika para clicker (pengguna) menggunakan aplikasi yang ia sebut dalam Program Jakarta Digital ini, ia yakin manfaatnya akan jauh lebih besar. Selain memudahkan warga Jakarta, pola digitalisasi ini juga bisa membuat transparansi pengelolaan keuangan sekaligus menambah pemasukan.
Dengan menggunakan program digitalisasi tersebut, dia bahkan optimistis DKI bisa bekerja sama dengan pemerintah provinsi lain untuk mengakomodasi kebutuhannya. Contohnya pemenuhan kebutuhan daging dan sayur, dengan membentuk kantung-kantung perkebunan dan peternakan di beberapa provinsi di luar Jakarta. Sebab, tidak mungkin membangun di Jakarta karena keterbatasan lahan.
Dengan digitalisasi ini, menurut Ustaz Yusuf Mansur, Bank DKI juga akan mampu meningkatkan performa dan sumber pendapatan bank akan berlipat ganda. Caranya seperti tadi, transaksi daring (online) saat ini sudah dilakukan mayoritas warga DKI. "Kita bayangkan bila penduduk Jakarta 10 juta dan setengahnya saja menggunakan sistem single pay seperti ini, insya Allah akan memberikan manfaat besar bagi pemerintah dan transparan," ujar dia.
"Perkara program ini mau diterapkan Pemerintah Jakarta ataupun pemerintah pusat, ya silakan. Nggak juga gak papa, yang jelas kami sudah menjalankan program ini dan berjalan dengan baik," tutupnya.