REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat angka kematian ibu dan bayi baru lahir semakin meningkat. Tingginya angka tersebut mulai terlihat dari data sejak 2012 hingga 2015.
“Jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tapi pada 2014 jumlahnya tercatat hanya sebanyak enam kasus saja untuk kematian ibu,” kata Kepala Bidang Pembinaan Kesehatan Keluarga Dinkes Kota Bogor Sri Pinantari Hanum, Kamis (24/3).
Sri menjelaskan, pada 2012 jumlah kematian ibu teracatat sebanyak tujuh kasus. Selanjutnya untuk bayi baru lahir usia nol hingga 28 hari, tingkat kematiannya sebanyak 18 kasus dan bayi usia satu sampai 11 bulan berjumlah enam kasus.
Angka tersebut terus meningkat pada 2013. “Pada 2013, angka kematian ibu dan bayi ini justru meningkat tajam dari yang sebelumnya hanya tujuh kasus, kematian ibu naik menjadi 13 kasus,” ujar Sri.
Begitu juga dengan kematian bayi. Pada 2013 jumlahnya melonjak menjadi 51 kasus. Sementara itu, dia menuturkan jumlah kematian bayi tercatat naik juga menjadi 11 kasus dari yang sebelumnya hanya enam kasus.
Pada 2014 angka kematian ibu dan bayi baru lahir turun kembali, baik kematian ibu maupun kematian bayi baru lahir dan kematian bayi. “Untuk kematian ibu di 2014 tercatat enam kasus, kematian bayi baru lahir 45, dan kematian bayi 10,” kata Sri.
Sayangnya angka kematian ibu dan bayi baru lahir kembali naik pada 2015. Sri menyatakan pada 2015 angka kematian ibu mencapai 21 kasus, kematian bayi baru lahir 51 kasus, dan kematian bayi 14 kasus.
Untuk mengurangi angka tersebut, Dinkes Kota Bogor menggelar lokakarya agar seluruh elemen terkait di Kota Bogor memiliki kesamaan pandangan terhadap kondisi gawat darurat penyelamatan ibu dan bayi baru lahir. “Program ini juga bertujuan untuk menyepakati upaya pelaksanaan gerakan penyelamatan ibu melahirkan dan bayi baru lahir,” kata Sri yang juga menjadi ketua panitia program tersebut.
Baca juga: Sejarah Hari Ini: Sang 'Ratu Perawan' Meninggal Dunia