Selasa 22 Mar 2016 22:46 WIB

Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Cirebon,Dibuka atau Ditutup?

Rep: lilis handayani/ Red: Taufik Rachman
Buruh angkut memanggul tepung ke sebuah truk saat bongkar muat tepung sagu di Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, Selasa (3/4).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Buruh angkut memanggul tepung ke sebuah truk saat bongkar muat tepung sagu di Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, Selasa (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Tiga hari jelang penutupan aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon, pengusaha batu bara dan asosiasi pelayaran menyerahkan surat permohonan ke DPRD Kota Cirebon, Selasa (22/3).

Dalam surat itu, mereka meminta agar DPRD Kota Cirebon membuat surat rekomendasi pembukaan kembali aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon. Penutupan bongkar muat batu bara berpotensi merugikan mereka hingga Rp 25 miliar per hari.

Namun, penyampaian surat yang berlangsung dalam kesempatan hearing antara pengusaha dan warga dengan anggota dewan itu diwarnai ketegangan. Hal itu terjadi saat salah satu anggota DPRD Kota Cirebon, Sumardi, menuding seorang warga, Kasno, telah bersikap tak konsisten.

Kasno sebelumnya dikenal sebagai Ketua Paguyuban Masyarakat Panjunan Bersatu (PMPB). Dia mengkoordinasikan aksi demo warga yang memprotes debu batu bara.

''DPRD sebenarnya tak pernah ikut campur dalam urusan batu bara, tapi warga datang dan kami merespon. Tapi sekarang, warga tak konsisten dan minta tetap dibuka,'' kata Sumardi, sambil menggebrak meja.

Anggota dewan lainnya, Didi Sunardi menambahkan, pihaknya selama ini telah berupaya memenuhi aspirasi warga. Dia pun memastikan, dewan tetap berpegang pada perintah pemerintah pusat untuk menutup bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon mulai 26 Maret 2016.

''Kami sudah beberapa kali mendatangi Pelindo, KSOP, bolak-balik ke Bandung, ke Jakarta untuk memperjuangkan aspirasi warga yang meminta aktivitas batu bara di Pelabuhan Cirebon ditutup,'' kata Didi.

Didi menambahkan, anggota dewan pun tidak ada yang ‘masuk angin’ dalam perjuangan itu. Namun, saat pemerintah pusat sudah memutuskan penutupan bongkar muat batu bara, warga kini justru meminta agar aktivitas itu bisa dibuka kembali.

Kasno pun menyangkal tudingan yang dialamatkan padanya. Dia menyatakan, tak menerima uang dari pengusaha batu bara meski kini sikapnya telah berubah.''Saya tak berdamai dengan pengusaha manapun,''  tegas Kasno.

Kasno menjelaskan, warga Kelurahan Panjunan kini sudah mendukung aktivitas batu bara di Pelabuhan Cirebon karena merasakan dampak debu batu bara mulai berkurang. Semua tuntutan warga pun sudah dipenuhi oleh Pelindo dan pengusaha batubara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement