REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin mengatakan tidak ada yang aneh dari fenomena equinox. Fenomena ini terjadi ketika matahari berada di dekat garis khatulistiwa atau garis equator. Thomas dengan tegas mengatakan fenomena ini tidak berimplikasi apa pun terhadap manusia.
"Jadi berita yang di media sosial itu hoax," kata Thomas saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (17/3). Di media sosial, beredar akan terjadi fenomena equinox pada Ahad besok. Fenomena tersebut akan menyebabkan suhu udara di bumi mencapai 40 derajat celcius.
Thomas mengatakan peningkatan suhu memang terjadi sekitar tanggal 20 Maret di belahan bumi utara dan 23 September di belahan bumi selatan. Thomas menambahkan peningkatan suhu bisa saja terjadi ketika matahari di atas kepala.
Dia menjelaskan, itu tidak terjadi hanya ketika equinox. Pada saat musim pancaroba, pemanasan memang cenderung lebih efektif, terlebih liputan awan minimun. Thomas menjelaskan, panasnya pun tidak akan mencapai 40 derajat celcius.
Thomas menjelaskan bahkan pada pulau Jawa masa matahari di atas kepala sudah terjadi sebelum equinox. Thomas mengatakan hari-hari ini dalam biasa disebut hari tanpa bayangan. Terkadang peralihan musim memang meningkat suhu udara."Karena minimum efek pendingan, pada Oktober-Febuari ada angin dari Selatan," katanya.
Di Indonesia, Thomas menjelaskan, suhu udara pada Maret-April memang tinggi. Efek pendingin akan ada lagi pada bulan Juni-Juli-Agustus dari arah Utara. Thomas menegaskan equinox bukan fenomena alam tapi lintasan matahari rutin yang biasa terjadi.