Kamis 13 Sep 2018 16:38 WIB

Riau Alami Fenomena Euqinox pada 22 September

Posisi matahari tepat di atas garis khatulistiwa pada 22 September 2018.

Matahari bersinar terik saat fenomena Equinox terlihat dari langit Kota Denpasar, Bali, Senin (21/3).
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Matahari bersinar terik saat fenomena Equinox terlihat dari langit Kota Denpasar, Bali, Senin (21/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan Provinsi Riau diprakirakan akan mengalami fenomena equinox pada 22 September 2018. Ditandai dengan posisi Matahari tepat di atas garis khatulistiwa.

"Pada tanggal 22 September, posisi Matahari diprakirakan akan pas di garis khatulistiwa karena Riau juga tepat berada di daerah khatulistiwa dan mengalami fenomena equinox," kata Staf Analisa Stasiun Klimatologi Tambang Provinsi Riau Ardhitama di Pekanbaru, Kamis (13/9).

Ia mengatakan fenomena equinox terjadi dua kali pada tahun ini. Sebelumnya, kondisi itu terjadi pada 23 Maret lalu dan selanjutnya akan terjadi pada 22 September. Ardhitama menjelaskan, saat berlangsung equinox maka sinar Matahari akan terasa bersinar lebih terik. Meski begitu, suhu udara tidak akan naik ke kondisi ekstrim.

"Suhu udara di Riau yang pernah tercatat paling tinggi di Riau adalah berkisar 36 sampai 37 derajat Celcius, itu pada 2013. Jadi suhu udara tidak akan melebihi dari itu hanya karena fenomena equinox," ujarnya.

Karena sinar Matahari akan lebih terik, lanjutnya, maka proses penguapan air dan pembentukan awan di Riau jadi lebih sempurna. Dengan begitu, pada malam hingga dini hari besar kemungkinan akan turun hujan yang disertai petir dan angin kencang.

Dalam siaran pers BMKG sebelumnya menjelaskan bahwa equinox adalah salah satu fenomena astronomi dimana Matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun. Saat fenomena ini berlangsung, di luar bagian Bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian utara maupun selatan.

Keberadaan fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, dimana rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36 derajat Celcius. Namun, untuk Riau pernah tercatat suhu udara mencapai 37 derajat Celcius pada 22 Juni 2013, yang merupakan kenaikan suhu tertinggi yang pernah terjadi di Riau.

Saat itu suhu udara ekstrem di Riau terjadi akibat gangguan badai tropis di Laut Cina Selatan, tepatnya sebelah barat Filipina dan berdekatan dengan daratan Vietnam. Gangguan badai tropis tersebut menyebabkan terbentuknya daerah tekanan rendah yang menyebabkan awan-awan tertarik pada pusaran tersebut.

BMKG menyatakan equinox bukan merupakan fenomena seperti gelombang panas (heatwave) yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement