REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Provinsi Jawa Barat Popong Otje Djundjunan atau Ceu Popong mengatakan Indonesia kehilangan pakar Bahasa Indonesia terbaik. Menyusul kepergian selama-selamanya Guru Besar Universitas Padjadjaran Bandung Prof Dr Jusuf Sjarif Badudu kepada Sang Pencipta.
"Jangan ditanya lagi, tentunya Indonesia sekarang berduka sekali dan kehilangan putra terbaiknya di bidang bahasa yang saat ini telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya," kata Ceu Popong saat melayat jenazah JS Badudu di Masjid Al Jihad Universitas Padjadjaran (Unpad) Kota Bandung, Ahad (13/3).
Ia menuturkan secara objektif hampir semua orang mengakui bahwa selama hidupnya almarhum JS Badudu telah memberikan kontribusi besar terhadap bidang kebahasaan, khususnya Bahasa Indonesia. "Beliau sudah banyak berbuat kepada orang-orang itu yang terpenting. Dan menurut pendapat Ceu Popong, makna kehidupan seseorang itu bukan panjang umurnya, tapi apakah pada saat beliau masih bersama kita manfaatnya ada atau tidak, secara objektif pasti orang mengatakan beliau berbuat banyak sesuai profesinya," kata dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, sebagai orang yang sama-sama berkecimpung di bidang pendidikan maka sudah sepatutnya jika bangsa ini menghargai jasa-jasa JS Badudu. "Beliau adalah orang yang patut kita hargai. Tentunya Indonesia kehilangan karena tidak banyak pakar Bahasa Indonesia terbaik," ujarnya.
Dirinya juga mengkritisi kondisi masyarakat saat ini, khususnya generasi muda yang lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada Bahasa Indonesia. "Sekarang kondisi memprihatinkan masyarakat lebih menghargai bahasa asing daripada Bahasa Indonesia. Boleh kita bisa atau menguasai bahasa asing tapi jangan lupakan bahasa kita sendiri," katanya.
Ia mencontohkan, larangan untuk tidak merokok di tempat umum, hotel dan rumah makan kebanyakan ditulis dalam Bahasa Inggris "No Smoking". "Harusnya 'Dilarang Merokok' baru ditulis 'No Smoking'" ujar Ceu Popong.
(Pakar Bahasa Indonesia JS Badudu Meninggal Dunia)