REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG - Sebanyak lima pelukis Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15 Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, membuat karya lukis di Panggung Terbuka Aksobya dekat Candi Borobudur saat terjadi Gerhana Matahari Parsial, Rabu pagi (9/3).
Mereka adalah Umar Chusaeni membuat karya lukis yang kemudian diberi judul "Meditasi Pagi" berupa Candi Borobudur dengan di atasnya terdapat bulatan warna hitam simbol gerhana Matahari, sedangkan di bagian latar depan antara lain lukisan dua ekor gajah, ayam jago, dan kambing.
Pelukis Tanto Dekora membuat karya berjudul "Detik-Detik Gerhana di Puncak Borobudur" berupa lukisan candi Buddha terbesar di dunia itu yang di bagian kanan atasnya berupa Matahari yang sedang mengalami gerhana.
Ismedi melukis kepala Buddha yang kemudian diberi judul "Gerhana Bersinar", sedangkan Kristiyono melukis Candi Borobudur dengan simbol gerhana Matahari yang diberi judul "Menjelang Gerhana Matahari".
Seorang pelukis lainnya Munir TPR melukis Candi Borobudur di kanan kirinya berupa pepohonan dan bagian atas berupa gerhana Matahari. Karyanya yang serba warna hitam dan putih itu diberi judul "Gerhana di Taman Aksobya"
Seorang seniman lainnya, Sujono dari Sanggar Saujana Keron, Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang melakukan performa berupa meniup seruling selama lima pelukis tersebut membuat karya-karya mereka.
"Kami ingin menorehkan catatan melalui karya lukis kami masing-masing di Candi Borobudur ini, bertepatan dengan momentum gerhana Matahari," kata Umar yang Koordinator KSBI 15 Kabupaten Magelang itu.
Dengan menggunakan kacamata khusus, Gerhana Matahari Parsial terlihat mulai sekitar pukul 06.30 hingga 08.30 WIB dari kawasan stupa puncak Candi Borobudur yang juga warisan budaya dunia itu.
Pada pukul 05.48 WIB sinar matahari mulai muncul, menghiasi langit yang cukup cerah dengan tampak Gunung Merapi dan Merbabu dari puncak Borobudur, sedangkan kawasan di bagian lembah Pegunungan Menoreh terkesan menarik karena berhias kabut pagi di sela pepohonan dan rumah-rumah warga desa setempat.
Wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang secara khusus menikmati Matahari terbit sebelum gerhana parsial di puncak Candi Borobudur berjumlah 96 orang. Mereka bertahan hingga menikmati suasana pagi di puncak stupa candi tersebut saat terjadi gerhana. Wisatawan umum lainnya juga menyaksikan suasana Gerhana Matahari Parsial tersebut dari puncak Borobudur.
Dari puncak Borobudur juga terdengar pengumuman melalui pelantang masjid yang isinya ajakan kepada umat Islam di kawasan candi tersebut untuk melakukan shalat gerhana.
Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo dengan jajaran instansi tersebut juga berada di puncak stupa candi itu selama Gerhana Matahari Parsial terlihat dari tempat itu. "Ini peristiwa alam yang penting dan menarik, antara lain dari aspek astronomi, sedangkan dari makrokosmos dan mikrokosmos membawa kesadaran bahwa manusia menjadi bagian kecil dari jagat ini," ujar Marsis.
Pihaknya mengambil sampel batuan untuk kepentingan penelitian perubahan rona batu Candi Borobudur terkait dengan gerhana Matahari.
Petugas balai tersebut memotret sampel batu sebelum, selama, dan pascagerhana, sedangkan hasil pemotretan tersebut kemudian diteliti secara saksama untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan.
"Hasilnya belum tahu pasti karena masih akan terus diteliti, apakah ada perubahan rona batuan," katanya.