REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sebanyak 52 personel Kepolisian Resor Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) diterjunkan mengawal tradisi Umat Hindu di Lombok, yaitu perang api. Tradisi perang api ini dilaksanakan dalam rangka menyambut perayaan Hari Nyepi Tahun Baru Saka 1938.
"Kita libatkan 52 personel kepolisian untuk mengawal tradisi yang biasa di gelar Umat Hindu dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi ini," kata Wakapolres Mataram Kompol I Made Baduarsa kepada wartawan di Mataram, Jumat (4/3).
Bahkan untuk memperkuat pengamanannya, Polres Mataram menugaskan dua koordinator sekaligus. "Salah satu koordinator yang akan mengawalnya, Kapolsek Cakranegara karena lokasi pelaksanaan masih berada di wilayah pengamanan setempat," ujarnya.
Pelaksanaan tradisi Umat Hindu yang merupakan warisan leluhur ini, biasa digelar setiap tahunnya di persimpangan Tugu Tani, seputaran Jalan Selaparang, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram. Kegiatan ini akan digelar pascapelaksanaan pawai Ogoh-ogoh, pada Selasa (8/3) mendatang.
Dalam acara itu, perang api akan mempertunjukkan aksi antara dua kubu Umat Hindu di wilayah Cakranegara, yaitu antara warga lingkungan Negara Sakah dengan Sweta. Warga dari kedua kubu ini akan saling serang menggunakan senjata yang mereka sebut dengan bobok.
Bobok terbuat dari seikat daun kelapa kering, yang pola ikatannya menyerupai sapu lidi. Daun kelapa kering inilah yang nantinya dibakar dan menjadi senjata utama untuk menyerang lawan.
Jika bobok sudah mulai dibakar, pertanda bahwa perang api antara dua kubu ini dimulai. Layaknya perang sungguhan, warga dari kedua kubu tak tanggung-tanggung untuk saling serang tanpa ada rasa takut terkena bobok yang sudah membara.
Menurut kepercayaan umat Hindu, tradisi perang api ini memiliki makna untuk 'tolak bala' atau membuang energi negatif yang ada di Bumi dari segala bentuk malapetaka. Termasuk juga makna saling serang menggunakan bobok, umat Hindu percaya tradisi itu dapat menyucikan diri dari pengaruh roh jahat.
Sehingga, sebelum menyambut ritual Nyepi yang dilaksanakan pada satu hari penuh pada esok harinya, pribadi manusia diyakini benar-benar suci dalam menjalankan perayaan Nyepi yang jatuh pada Rabu (9/3) mendatang.