REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerapan budidaya ikan, khususnya ikan selais kini telah berkembang. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Rokan Hilir, Provinsi Riau, M. Amin mengatakan, dalam mengembangkan budidaya ikan selais tidaklah mudah.
Menurutnya, harus ada tahapan khusus yang dilalui khususnya Desa Ujung Tanjung, Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir.
“Untuk melakukan budidaya ikan air tawar ini yakni ikan Selais dan ikan Baung sangat sulit dibudidayakan. Kita ketahui minat masyarakat daerah darat ikan Selais ini sangat laris, apalagi tempat rumah-rumah makan di Kota Pekanbaru mereka sangat minat walaupun harganya sampai Rp 80.000 per kilo,” jelas Amin melalui siaran pers, Kamis (3/3).
Lebih lanjut Amin mengatakan, untuk budidaya ikan Selais, dibutuhkan kecermatan untuk melihat mana jantan dan yang mana betina dalam proses pembenihan. Untuk itu, pihaknya memperdayakan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) binaan dari DKP Rokan Hilir.
“Untuk Budidaya ikan air tawar yang dikelola UPR binaan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Rohil, kini telah berkembang pesat, seperti daerah Ujung Tanjung, Sungai Rangau, Rantau Kopar, Lengadai dan Bala Jayai,” katanya.
Pengembangan budidaya pada jenis ikan Selais ini menjadi topik hangat dalam acara Rapat Koordinasi Teknis yang diselenggarakan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau.
Sebagai informasi, ikan Selais merupakan ikan endemik khas provinsi Riau. Ikan ini biasa hidup di perairan tawar. Beberapa sungai seperti Sungai Kampar, Sungai Kauntan, Sungai Rokan, Sungai Inderagiri, dan Sungai Segati menjadi habitat ikan Selais.
Indonesia berada di urutan ketiga sebagai negara yang memiliki spesies ikan air tawar terbanyak di dunia, setelah China (urutan kedua) dan Brazil (urutan pertama). Dari data tersebut diketahui bahwa total spesies ikan air tawar di perairan Indonesia adalah 1155 spesies, dan 440 diantaranya adalah spesies endemik ikan air tawar.
Ikuti Whatsapp Channel Republika