REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengemukakan bahwa sampai saat ini Indonesia masih kekurangan tenaga insinyur teknik. Menurut dia, para insinyur dibutuhkan guna menjalankan percepatan pembangunan infrastruktur di Tanah Air.
"Pemerintah sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 5 ribu triliun selama lima tahun untuk percepatan pembangunan infrastruktur, tapi sekarang ini kita masih banyak kekurangan tenaga insinyur teknik," kata Puan Maharani dalam orasi ilmiah di hadapan 1.002 wisudawan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di UMM Dome, Sabtu (27/2).
(baca: Puan: Selesai Wisuda Harus Siap Hadapi MEA)
Ia menekankan, jangan sampai peluang bagi insinyur teknik yang banyak dibutuhkan itu hanya dinikmati oleh tenaga kerja asing. Ini terjadi karena sumber daya manusia (SDM) di Tanah Air dalam bidang teknik tersebut tidak bisa mengerjakannya dan tidak mampu.
Menurut Puan, dalam lima tahun ini pembangunan infrastruktur terus dipercepat dan dilakukan intensif. Namun, kendalanya ada di tenaga profesional (insinyur teknik) yang jumlahnya masih sedikit.
"Oleh karena itu, sudah menjadi tugas perguruan tinggi, termasuk UMM, untuk mencetak insinyur-insinyur teknik yang berkualitas dan berkemampuan tinggi," ucapnya.
Apalagi, ia melanjutkan, jumlah perguruan di Indonesia juga cukup banyak, yakni sebanyak 3.958 berstatus perguruan tinggi swasta (PTS) atau sekitar 95 persen dan lima persennya adalah perguruan tinggi negeri (PTN). Ketika menyinggung persaingan global, Puan mengaku ada beberapa kelemahan yang dialami Indonesia dalam bersaing di pasar global, yakni rendahnya kemampuan inovasi, kesiapan teknologi, riset, dan pendidikan tinggi, serta minimnya infrastruktur.