Jumat 26 Feb 2016 04:52 WIB

Dinkes Purbalingga Tangani Satu Kasus Gizi Buruk

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Winda Destiana Putri
Gizi buruk
Gizi buruk

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purbalingga saat ini sedang menangani  satu balita (bayi usia lima tahun) yang mengalami gizi buruk.

Namun Kepala Dinkes Kabupaten Purbalingga Nonot Mulyono, menyebutkan kasus gizi buruk yang terjadi tersebut bukan semata-mata disebabkan oleh faktor kemiskinan keluarga sehingga tidak mampu memberikan makanan bergizi bagi balitanya.

''Faktornya bukan semata-mata karena kemiskinan. Tapi karena balita tersebut sejak lahir mengalami banyak kelainan fungsi organ,'' jelasnya Nonot, Kamis (25/2).

Balita yang mengalami gizi buruk, bernama Adwa Adia Fajri, anak pasangan Sutiman dan Susmiatun, warga Desa Muntang Kecamatan Kemangkon. Saat ini, balita berusia 3,5 tahun dengan berat badan hanya 3,5 kg tersebut sudah mendapat perawatan di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Menurut Nonot, berdasarkan pemeriksaan tim medis RS, selain mengalami gizi buruk, balita tersebut juga menderita penyakit tuberkulosis (TBC) dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

''Selain itu, balita bersangkutan juga menderita down syndrome dan kelainan jantung bawaan. Berbagai faktor ini yang menyebabkan balita tersebut mengalami gizi buruk,'' jelasnya.

Untuk penanganan kasus tersebut, dia menyebutkan, semua biaya di RSUD digratiskan. Semua biaya ditanggung oleh Pemkab melalui program Jaminan Kesehatan Daerah.

Mengenai kemungkinan adanya kasus serupa, Nonot menyatakan, sampai saat baru tercatat satu balita tersebut yang mengalami kasus gizi buruk. Namun dia mengaku, bukan tidak mungkin ada kasus serupa yang belum diketahui.

''Kalau kita ketahui, akan segera kita lakukan perawatan di RSUD. Masalah pembiayaan, Pemkab Purbalingga telah menyiapkan anggaran melalui Jamkesda,'' katanya.

Kepala Urusan Kesejahteraan Pemerintah Desa, Hendarti, menyebutkan bahwa balita penderita gizi buruk Adwa Adia Fajri merupakan anak keempat dari pasangan Sutiman dan Susmiatun. Dalam kesehariaanya, Sutiman bekerja menjadi buruh serabutan mulai bertani, menjadi kuli bangunan, serta kuli pencari pasir di desanya.

''Keadaan ekonomi Sutiman memang sangat terbatas. Karena itu, pengobatan balita yang bersangkutan memang layak mendapatkan jaminan dari Pemkab,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement