Rabu 24 Feb 2016 23:31 WIB

BNN: Berantas Peredaran Narkoba Harus Jadi Skala Prioritas

Rep: c26/ Red: Hazliansyah
Satu dari empat tersangka memegang barang bukti sabu didampingi Kepala Humas BNN Slamet Pribadi (kiri) saat konferensi pers di Kantor BNN, Jakarta, Ahad (15/3).  (Antara/Hafidz Mubarak)
Satu dari empat tersangka memegang barang bukti sabu didampingi Kepala Humas BNN Slamet Pribadi (kiri) saat konferensi pers di Kantor BNN, Jakarta, Ahad (15/3). (Antara/Hafidz Mubarak)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Humas BNN Slamet Pribadi mengatakan pemberantasan peredaran narkoba harus menjadi skala prioritas. Sebab bahaya narkoba sudah semakin meluas dan meningkat.

Slamet menyebutkan Jawa Barat juga menjadi salah satu sasaran utama peredaran narkoba. Berdasarkan data BNN tahun 2014, Jawa Barat menempati posisi ke-enam untuk pengguna narkoba terbanyak di Indonesia.

"Jawa Barat menjadi peringkat keenam jumlah prevalensi narkoba scara nasional," kata dalam diskusi 'Menuju Indonesia Bebas Gelap Narkoba, Bagaimana Caranya?' di Gedung PMI Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (24/2).

Tentunya hal ini harus menjadi perhatian seluruh kalangan. Apalagi peredaran barang haram tersebut sudah sangat merugikan.

Berdasarkan penelitian BNN dengan Universitas Indonesia, kerugian belanja narkoba mencapai puluhan triliun dengan menyasar sebagian besar kepada pekerja.

"Kerugian sejumlah Rp 63,1 triliun untuk belanja narkoba berdasarkan riset Puslit UI dan BNN. Dengan jumlah pengguna 50,34 persen pekerja dan pelajar 27 persen," ujar Slamet.

Meskipun pelajar berada di peringkat kedua, ia menilai ini justru harus diantisipasi. Pasalnya pelajar merupakan generasi bangsa ke depannya. Apalagi ia menilai sindikat pasar narkoba justru menyasar pada kalangan muda.

"Sindikat selalu menyiapkan regenerasi pangsa pasar narkoba. Disasar dari muda sehingga ke depannya akan tetap memberikan keuntungan," katanya.

Ia menambahkan setiap harinya tercatat 30-40 orang meninggal dunia akibat penyalahgunaan barang haram tersebut. Pengguna laki-laki masih mendominasi dengan total 74,2 persen sementara perempuan 25,8 persen.

Dengan kondisi seperti ini, ia mengatakan perhatian dari keluarga merupakan dasar pencegahan penyalahgunaan narkoba. Peran aktif orang tua kepada anak-anaknya menjadi antisipasi dan pengobatan dini jika sudah terjerumus bahaya narkoba.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement