REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan, sosialisasi Empat Pilar dengan metode Bela Negara memiliki makna yang sangat dalam. Karena sosialisasi dengan metode ini dapat menghubungkan mahasiswa dengan sejarah Indonesia, yaitu hari bela begara yang diperingati setiap 19 Desember.
Peringatan Hari Bela negara yang dilakukan setiap 19 Desember, dilaksanakan untuk mengingatkan kembali diproklamirkannya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) oleh Mr Syafrudin Prawira Negara pada 19 Desember di Bukit Tinggi.
Berdirinya PDRI yang disiarkan melalui radio, berhasil mematahkan klaim Belanda yang mengatakan bahwa Indonesia telah mati. Anggapan tersebut disampaikan penjajah Belanda karena mereka berhasil menangkap dan memenjarakan para pemimpin Indonesia, dan mampu menguasai Ibu Kota Indonesia, yang saat itu telah berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta.
"Karena disiarkan melalui radio, akhirnya PBB mendengar tetap tegaknya Indonesia, mereka mengakui Indonesia dan menolak klaim Belanda", kata Hidayat, saat penutupan acara bela negara, di ballroom Hotel Aryaduta Lippokarawaci, Tangerang, Banten, Ahad (21/2).
Ikut hadir dalam acara penutupan, anggota Kelompok DPD MPR RI Setyawati Ayus, anggota Fraksi partai Gerindra MPR RI Riza Patria, serta anggota Fraksi PKB MPR M. Toha.
Apa yang dilakukan Mr. Syafrudin, lanjut Hidayat, seharusnya diteladani para mahasiswa termasuk Menwa. Apalagi seperti mahasiswa, Syafrudin juga seorang cendekiawan, dan sosok pejuang yang cerdas dan berani mengambil risiko.
''Karena itu Sudah seharusnya bila para mahasiswa meniru dan meneruskan keberanian yang ditunjukkannya,'' ujar Hidayat menambahkan.